Bisnis.com, JAKARTA - World Economics Forum (WEF) di Davos Swiss mengumandangkan kekhawatiran proteksionisme yang ditempuh berbagai negara bakal memperparah kekurangan pasokan di tengah krisis pangan gobal saat ini akibat pukulan pandemi dan perang Rusia-Ukraina
Selain menyoroti ancaman krisis pangan global, redaksi bisnisindonesia.id juga menyajikan sejumlah berita ekonomi dan bisnis lainnya yang dikemas secara lebih analitik dan mendalam.
Berikut lima berita pilihan editor bisnisindonesia.id edisi Senin, 30 Mei 2022
1. PROTEKSIONISME PERPARAH KRISIS PANGAN GLOBAL
Upaya perekonomian gobal untuk pulih kembali dari pukulan pandemi Covid-19 dan krisis lingkungan semakin berat akibat situasi geopolitik dunia yang memanas dipicu perang Rusia-Ukraina.
Dampak perang terus meluas yang menghambat jalannya roda perekonomian global di berbagai sisi termasuk tersendatnya rantai pasok perdagangan produk dan bahan pangan hingga memicu krisis pangan global yang semakin berat saat ini.
Akibat krisis pangan dunia yang sedang meningkat, tak pelak mempercepat berbagai langkah proteksionis oleh negara-negara yang berusaha mengamakan kepentingannya masing-masing sehingga menambah kekhawatiran keamanan pangan.
Situasi ini kemungkinan akan makin memperberat masalah dan dapat menyebabkan perang perdagangan yang lebih luas, demikian peringatan para pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan dunia yang disuarakan dalam World Economic Forum (WEF) atau Forum Ekonomi Dunia yang tengah berlangsung di Davos, Swiss.
2. INDUSTRI MAMIN DI TENGAH DEPENDENSI BAHAN BAKU IMPOR
Peluang produk makanan olahan Indonesia untuk terus merangsek pasar internasional sangat terbuka lebar seiring dengan peningkatan populasi penduduk dunia. Apalagi, produk makanan dan minuman (mamin) Indonesia juga sudah memiliki ceruk pasar yang cukup luas di negara lain.
Setidaknya, dalam 2 tahun mendatang ekspor produk makanan olahan akan terus digenjot demi mengoptimalkan peluang ekonomi dari komoditas paling potensial tersebut, sesuai dengan Perpres 74/2022 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN).
Berkaca dari data Kementerian Perdagangan (Kemendag), dalam 5 tahun terakhir atau tepatnya sejak 2017 nilai ekspor produk makanan olahan RI tercatat selalu mengalami pertumbuhan positif.
3. PASOK TERSENDAT, KENDARAAN SEKEN NAIK HARGA
Mobil seken mengalami kenaikan harga. Ada banyak faktor yang mendongkraknya, seperti mobil baru yang makin mahal dan jumlah pasokan yang terbatas berdampak pada tingginya permintaan kendaraan bekas.
Pemilik Jordy Mobil di Mega Glogok Kemayoran Andi mengaku kesulitan mencari pasokan mobil bekas di tengah besarnya permintaan sejak beberapa bulan terakhir. “Jadi sekarang mencari mobil susah. Banyak yang beli malah. Kalau dari tahun-tahun sebelumnya, bisa dua sampai tiga kali lipat,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (29/5/2022).
Sebagai perbandingan kenaikan mobil bekas, Andi menjelaskan bahwa modal untuk beli mobil bekas tahun ini jauh lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Harganya jadi lumayan tinggi. “Dulu kita jual Rp150 juta, sekarang kita beli dengan harga segitu tidak bisa. Kenaikannya 5 persen sampai 10 persen,” jelasnya.
4. SINYAL AKUISISI LINK BERLANJUT, BAGAIMANA PROSPEK SAHAM EXCL?
Rencana PT XL Axiata Tbk. (EXCL) untuk mengakuisisi PT Link Net Tbk. (LINK) mendapat penolakan dari sebagian pemegang saham induk usaha XL, Axiata Group Bhd. Meski, manajemen EXCL memberi sinyal aksi akuisisi berlanjut dan tetap berjalan sesuai rencana.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Kamis (26/5/2022), sebanyak 42,17 persen pemegang saham yang hadir dalam rapat menolak akuisisi. Adapun penolakan ini mewakili 3,527 miliar saham. Sementara itu, 57,83 persen dari mereka yang memberikan suara menyatakan setuju, yang mewakili 4,837 miliar saham.
5. INFLASI MEI DIPREDIKSI DI BAWAH 4 PERSEN, SUKU BUNGA BI AMAN?
Bank Indonesia memperkirakan inflasi hingga Mei 2022 masih berada di bawah level 4 persen secara tahunan.Inflasi bulanan pada Mei diperkirakan lebih kecil dibandingkan sebulan sebelumnya.
Pantauan terhadap inflasi di Tanah Air menjadi hal krusial di saat tekanan eksternal masih berlangsung kuat seiring kondisi perekonomian global yang belum menentu.
Terlebih, saat ini ancaman inflasi akibat krisis pangan menjadi kekhawatiran utama. Hal itu terkait dengan munculnya praktik proteksi bahan pangan yang dijalankan sejumlah negara.
Proteksi pangan dengan mengerem ekspor menjadi hal yang tidak terhindarkan di saat negara-negara tersebut menghadapi kebutuhan untuk memenuhi pasok di dalam negerinya.