Bisnis.com, JAKARTA- Pandemi Covid-19 tak menjegal langkah Royal Golden Eagle atau RGE Grup melakukan ekspansi bisnis. Gelontoran investasi sekaligus pembukaan pasar bagi produk bar uterus digenjot grup yang membawahi APRIL Grup tersebut.
Managing Director RGE Anderson Tanoto mengungkapkan bahwa tahun ini merupakan momentum pemulihan ekonomi nasional. Tidak hanya itu, menurutnya, jika bisa dimanfaatkan lebih jauh, saat ini tengah terjadi tren investasi manufaktur yang beralih dari negara Asia seperti China dan Thailand.
“Justru investasi manufaktur di sana menurun. Banyak yang memilih Indonesia, Malaysia, dan negara Asean lainnya. Ini kesempatan bagi industri manufaktur nasional menggaet momentum tersebut,” ungkapnya sewaktu di acara “Halalbihalal dengan Pimpinan Media”, Senin (30/5/2022).
Alasan yang sama juga melatari RGE Grup untuk terus berekspansi. Anderson menilai sejauh ini pasar mulai bergeliat, baik permintaan yang datang dari dalam negeri maupun pasar ekspor.
Karena itu, walaupun pandemi Covid-19 mendera, RGE Grup terus merealisasikan visi untuk menghadirkan banyak produk selaras dengan semangat ramah lingkungan dan ekonomi berkelanjutan. Salah satunya adalah investasi besar pabrik paper packaging di Dumai, Riau belum lama ini.
Total investasi tersebut mencapai Rp33,4 triliun. Kehadiran pabrik tersebut merupakan realisasi langkah bisnis RGE Grup melalui APRIL untuk mengantisipasi permintaan pasar kemasan berbasis kertas daur ulang.
Baca Juga
“Mungkin memang lebih mahal dari kemasan plastik, tapi yang jelas ini lebih ramah lingkungan. Ini nilai yang kami usung,” kata Anderson.
Di samping itu, RGE Grup melalui anak usaha PT Asia Pacific Rayon (APR) juga terus melakukan ekspansi. Pada 2019, RGE telah berkomitmen untuk menanamkan modal senilai US$200 juta hingga sepuluh tahun untuk mengoptimalkan pengembangan produk rayon.
Sejak tahun lalu, APR pun telah mengekspor produk rayon berbasis bahan ramah lingkungan ke beberapa negara. “Strategi ini kami maksudkan juga agar mengurangi ketergantungan impor bahan untuk industri tekstil,” simpul Anderson.