Bisnis.com, PELALAWAN - Besarnya potensi pasar industri kertas kemasan di dalam maupun luar negeri, menjadi salah satu pendorong Asia Pacific Resources International Limited. (APRIL) Group menggelontorkan investasi Rp33,4 triliun untuk membangun pabrik produk tersebut.
Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper, unit usaha APRIL Group Sihol P. Aritonang mengatakan di industri kertas, perseroan melihat terdapat dua sektor yang berpotensi tumbuh pesat hingga 2035. Kedua sektor itu adalah kertas kemasan dan produk tisu.
"Dari situ kami lihat dengan adanya peningkatan di industri e-commerce, kebutuhan kertas kemasan ini prospektif dan meningkat terus. Jadi kami pilih masuk ke industri kemasan," jelasnya, Selasa, (29/3/2022).
Dia mengatakan, saat pabrik kertas kemasan beroperasi nantinya, perseroan menargetkan dapat memasok masing-masing 50 persen untuk kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.
Khusus untuk ekspor, APRIL Group yang didirikan Sukanto Tanoto tersebut mengincar pasar di negara-negara seperti China, Vietnam, India dan negara di Asia Tenggara lain.
"Penduduk di daerah tersebut besar sekali jumlahnya. Sektor e-commerce mereka juga tumbuh. Demand terhadap kertas kemasan itu besar di negara-negara itu. Maka kami akan ekspor ke sana," lanjutnya.
Baca Juga
Selain itu, konsumsi perkapita untuk produk kemasan di negara-negara tersebut berpeluang meningkat pesat di masa mendatang. Dia mencontohkan China yang rata-rata konsumsi kertas kemasannya baru mencapai 8 kilogram (kg) per kapita per tahun. Sementara itu, Jepang mampu menembus 16 kg per kapita per tahun.
"Dari situ kita lihat, ada potensi untuk kita masuk [ke negara seperti China], seiring meningkatnya kesadaran masyarakat global untuk menggunakan produk yang renewable seperti kemasan dari kertas," ujarnya.
Sementara itu, untuk di dalam negeri, perseroan juga mengincar tumbuhnya pangsa pasar dan aktivitas di sektor e-commerce serta makanan dan minuman. Di Indonesia, kebutuhan kemasan dari kertas untuk produk yang dijual di platform daring tersebut terus meningkat. Terutama selama pandemi Covid-19 melanda.
Di sisi lain, di sektor makanan dan minuman, para produsen di sektor tersebut juga tengah berlomba-lomba untuk menyediakan kemasan dari bahan kertas yang dapat didaur ulang. Namun demikian, sejauh ini pasar tersebut sebagian dicukupi dari luar negeri.
"Kita lihat di produk makanan cepat saji. Kemasan kertas mereka masih impor. Nah kita akan masuk ke sana nanti. Kenapa mesti impor? Kalau mereka mencari produk yang kategorinya renewable, kami bisa penuhi itu. Dan bahkan dari sisi cost kami akan jauh lebih kompetitif," katanya.
Adapun, pembangunan pabrik kertas kemasan APRIL Group di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau itu ditargetkan selesai dan mulai beroperasi pada kuartal III/2023. Nantinya, pabrik tersebut akan mampu menghasilkan 1,2 juta ton kertas kemasan lipat yang bersifat mudah terurai (biodegradable) dan mudah didaur ulang (recyclable).
Peresmian realisasi investasi pabrik kertas tersebut dilakukan pada Selasa (29/3/2022).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa industri kertas merupakan salah industri andalan Indonesia. Selama pandemi Covid-19, utilisasinya mencapai 87,3 persen.
Industri tersebut, tambah Airlangga, juga menjadi andalan ekspor Indonesia. Dalam 6 tahun terakhir selalu positif dan tahun lalu neraca perdagangan sektor kertas mencatatkan surplus mencapai Rp4,1 miliar.
"Ekspor tahun lalu 11,8 juta ton tahun dan Indonesia menempati peringkat kedelapan pengekspor pulp and paper di dunia. Rekor ini akan diperbaiki kalau pabrik berproduksi," jelasnya.
Dia pun menambahkan, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang dihasilkan oleh industri kertas dan percetakan terus meningkat hingga mencapai Rp7,8 triliun pada 2021.
Menurut Airlangga,realisasi investasi pada sektor industri kertas masih sangat diminati oleh investor dalam negeri, yang terlihat dari kenaikan PMDN sebesar 109 persen pada 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.