Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara tercatat ambrol pada hari ini, Minggu (29/05/2022), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle (Australia) bertengger di level US$330 per ton. Harga baru bara tercatat anjlok 0,30 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Harga batu bara tersebut menjadi terendah sejak 16 Mei 2022. Ini adalah kali pertama harga batu bara ada di bawah US$400 dalam empat hari terakhir.
Selama seminggu, harga batu bara tercatat ambrol 5,3 persen secara point to point. Namun, selama sebulan batu bara masih melonjak 12,0 persen dan dalam setahun melesat 240,8 persen.
Ambrolnya harga batu bara dipicu sejumlah faktor seperti harga batu bara yang melonjak terlalu tinggi, bertambahnya pasokan produksi dari negeri, anjloknya harga baja akibat embargo industri baja di Rusia. Pasokan batu bara diperkirakan akan kembali meningkat setelah China kembali meningkatkan impor batu bara.
Impor batu bara China turun karena permintaan melemah seiring lockdown akibat pandemi Covid-19. Selain itu, China juga memangkas konsumsi impor batu bara karena Presiden Xi Jinping berkomitmen mendukung energi baru terbarukan.
Lebih lanjut, China juga meningkatkan produksi untuk mengamankan pasokan batu bara dalam negeri. Mengutip S&P Global, pada periode Januari-April 2022, produksi batu bara China menurun 16 persen.
"China biasanya impor batu bara 10 persen untuk dicampur dengan komoditas produksi domestik, tapi sekarang angkanya 5 persen," ujar salah satu produsen batu bara asal Indonesia, dikutip dari S&P Global, Minggu (29/05/2022).
China sendiri tengah melonggarkan kebijakan lockdown, seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19.
“Jumlah infeksi baru telah turun selama enam hari berturut-turut di Beijing tanpa ada kasus di luar karantina yang dilaporkan pada hari Jumat. Putaran wabah ini telah dikendalikan secara efektif,” ujar Xu dikutip dari Bloomberg, Minggu (29/05/2022).
Penyebaran komunitas adalah metrik utama yang digunakan oleh pejabat pemerintah untuk menentukan tingkat keparahan wabah dan apakah akan melonggarkan pembatasan. Kota-kota lain seperti Shanghai juga mulai mengungkap tindakan penguncian atau lockdown setelah melaporkan hari berturut-turut tidak ada kasus di masyarakat.
“Pekerja di beberapa distrik Beijing yang sebelumnya diharuskan bekerja dari rumah akan diizinkan untuk kembali ke tempat kerja mereka, dan hotel serta hostel di lima distrik di pinggiran kota akan diizinkan untuk dibuka kembali,” tambah Xu.
Kota tersebut melaporkan 12 kasus lokal baru untuk hari Sabtu pada pukul 3 sore, dibandingkan dengan puncak hampir 100 kasus sebelumnya dalam gelombang, ketika otoritas kesehatan membasmi sebagian besar klaster pada tahap awal.
Namun, para pejabat di ibu kota memperingatkan tantangan dalam upaya memberantas penyebaran virus, yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan.
“Beijing berada pada tahap transisi lockdown dari tanggap darurat terhadap wabah virus ke penanganan situasi secara lebih teratur. Risiko kebangkitan tetap ada dan kami masih perlu mengkonsolidasikan pekerjaan pencegahan,” pungkas Xu.