Bisnis.com, JAKARTA - Upaya pemerintah menggenjot angka investasi di sektor industri kulit dan alas kaki dinilai cukup realistis. Namun, target tersebut memiliki sejumlah syarat agar dapat terealisasi.
Dalam Perpres No. 74/2022 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN), pemerintah mematok target investasi sektor tersebut senilai Rp21,7 triliun per tahun dalam tahapan capaian periode 2022 - 2024.
Target tersebut terbilang tinggi. Sebab, tingkat investasi industri kulit dan alas kaki berada di kisaran Rp1 triliun/tahun. Pertumbuhan 4 kali lipat secara tahunan terakhir terjadi pada 2017 dengan investasi mencapai Rp7,62 triliun.
Mengutip data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), industri alas kaki hanya menjaring investasi senilai lebih dari Rp1 triliun pada kuartal I/2022.
Jumlah realisasi itu tidak berbeda jauh dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni di kisaran Rp1,1 triliun.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie, setidaknya ada 2 syarat yang wajib dipenuhi baik oleh pemerintah maupun pelaku industri untuk merealisasikan target investasi tersebut di atas.
Baca Juga
Pertama, diperlukan stimulus untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan produk industri alas kaki yang didominasi oleh pasar ekspor.
Firman mengungkapkan nilai ekspor produk sepatu RI tumbuh sebesar 28,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan nilai mencapai US$6,1 miliar.
"Sebab, ada pertumbuhan permintaan yang diikuti dengan penambahan kapasitas produksi. Dengan stimulus dan kebijakan lainnya, kami optimistis bisa menarik investasi global,” kata Firman kepada Bisnis, Senin (23/5/2022).
Perlu diketahui, kapasitas produksi alas kaki di Tanah Air belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Pada 2020, produk alas kaki hanya diproduksi sebanyak 20 - 25 persen dari kapasitas normal sebanyak 1 miliar pasang/tahun. Tahun lalu, peningkatan kapasitas produksi produk alas kaki hanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan 2020.
Firman belum bisa memberikan angka spesifik. Namun, dia mengungkapkan peningkatan produksi tahun lalu tidak signifikan karena terdapat stok 2020 yang tersendat pandemi dan mesti lepas ke pasar pada 2021.
Kedua, diperlukan agresivitas lebih dari pelaku industri penyedia bahan baku lokal produk alas kaki. Firman menilai pelaku mesti mengalokasikan dana untuk riset dan pengembangan, baik untuk inovasi produk maupun biaya.
Selain itu, sambungnya, pelaku harus berani berinvestasi lebih untuk meningkatkan kapasitas produksi.
"Selama ini, pada momen wait and see, pelaku hanya berani produksi kecil-kecilan sehingga cost tinggi dan harga jadi mahal," ujarnya.
Dengan menjalani kedua syarat tersebut, Firman optimistis target pemerintah menggenjot angka investasi di sektor industri kulit dan alas kaki bisa terealisasi.