Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Ekonom Bank Mandiri (BMRI) atas Neraca Transaksi Berjalan Indonesia 2022

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. merevisi proyeksi neraca transaksi berjalan pada 2022, dari -2,15 persen dari PDB menjadi 0,03 persen dari PDB.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Surplus transaksi berjalan kembali berlanjut di kuartal I/2022. Neraca transaksi berjalan mencatat surplus sebesar US$0,2 miliar atau 0,07 persen dari GDP di kuartal I/2022.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memperkirakan, neraca transaksi berjalan akan terus mencatat surplus di 2022.

Kendati demikian, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik, surplus neraca barang pada neraca transaksi berjalan tahun ini diperkirakan akan menyusut karena impor akan mengejar ekspor, yang mana sebagian besar terjadi di semester II/2022.

Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Faisal Rachman menyampaikan, bahan baku dan barang modal mencapai sekitar 90 persen dari total impor, menunjukkan bahwa pemulihan kegiatan investasi dan produksi akan mendorong permintaan barang-barang impor tersebut.

Namun, konflik Rusia-Ukraina telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas, di tengah krisis energi global yang tengah berlangsung.

"Dengan demikian, akan mendukung ekspor dan menjaga surplus barang (mendukung sektor eksternal Indonesia secara keseluruhan) cukup lama karena ekspor utama Indonesia sebagian besar adalah komoditas, yaitu batubara dan CPO," kata Faisal melalui keterangan tertulisnya, Jumat (20/5/2022).

Ditambah lagi, pada Kamis (19/5/2022) kemarin, pemerintah mengumumkan bakal mencabut larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya pada Senin (23/5/2022).

Secara keseluruhan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. merevisi proyeksi neraca transaksi berjalan pada 2022, dari -2,15 persen dari PDB menjadi 0,03 persen dari PDB.

Sementara itu, Faisal memperkirakan neraca keuangan di 2022 akan menghadapi beberapa risiko penurunan yang dapat menutupi potensi aliran masuknya di tengah pemulihan ekonomi.

Risikonya, kata Faisal, termasuk gangguran rantai pasokan yang semakin parah dan tekanan inflasi akibat perang Rusia-Ukraina yang berpotensi menghasilkan normalisasi moneter global yang lebih cepat dan lebih hawkish daripada yang diantisipasi.

"Hal ini dapat memicu sentimen flight to quality atau risk off di pasar portofolio Indonesia, khususnya di pasar SBN," ujarnya.

Kabar baik mungkin datang dari neraca investasi langsung. Faisal mengatakan, neraca investasi langsung berpotensi mencatatkan surplus lantaran investasi di sektor perkebunan dan pertambangan sekarang menguntungkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper