Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Indonesia Rekor, Ekonom BCA: Impor Berkurang

Neraca perdaagangan Indonesia yang mencatatkan rekor surplus tertinggi pada April 2022juga disebabkan impor yang menurun.
Pekerja melakukan aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (19/5/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja melakukan aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (19/5/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode April 2022 mencapai US$7,56 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi sejumlah ekonom. 

David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BBCA) salah satu ekonom yang sebelumnya memperkirakan surplus di bawah deklarasi BPS menyampaikan tingginya surplus neraca perdagangan pada April 2022 disebabkan salah satunya dipengaruhi oleh impor yang menurun.

Berdasarkan laporan BPS, nilai impor mengalami penurunan dari periode sebelumnya, yaitu sebesar -10,01 persen (month-to-month/mtm) pada April 2022 menjadi sebesar US$19,76 miliar.

Menurut David, penurunan impor tersebut terjadi lantaran para importir sudah merealisasikan impornya beberapa bulan sebelum Lebaran berlangsung.

"Mereka mungkin khawatir terhadap harga barang input karena perang itu kan mulai dari Februari ya, jadi mereka sudah merealisasikan [impornya] sehingga di bulan April itu impornya kelihatan lebih rendah untuk consumer goods dan bahan baku. Jadi seperti untuk BBM mungkin impornya sudah dilakukan dua bulan atau 3 bulan sebelum Lebaran," kata David kepada Bisnis, Rabu (18/5/2022).

Kemudian dari sisi ekspor masih menunjukkan kinerja positif, yakni mengalami surplus sebesar US$27,32 miliar. David menjelaskan, kinerja ekspor yang masih kuat tersebut, disebabkan oleh harga komoditas yang masih tinggi.

"Terutama batubara ya, ini kalau saya lihat angka ekspor batubara terutama ke China itu naik 43 persen. Ini mungkin ada kaitannya dengan panic order dari China, karena ada perang juga jadi mereka coba secure pasokan batubaranya," jelasnya.

Selain itu, kebijakan pelarangan sementara ekspor CPO dan turunannya baru diberlakukan pada 28 April 2022, sehingga pengaruhnya untuk ekspor April 2022 tidak signifikan.

Kedepannya, David memprediksi neraca perdagangan masih mengalami surplus. Hal ini dikarenakan ekspor Indonesia yang masih cukup baik, terutama batu bara.

Kendati demikian, angka tersebut mungkin sedikit menurun di Mei 2022 karena adanya larangan ekspor CPO dan turunannya yang berlaku efektif pada akhir April 2022.

"Jadi itu akan ada pengaruh, ada pengurangan dari sisi ekspor karena setiap bulan itu kurang lebih sekitar US$3 miliar ekspor CPO kita. Mungkin pengurangannya sekitar itu. Tapi mungkin tergantung seberapa lama pelarangan eskpornya," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper