Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Loyo, ADRO Tetap Bidik Produksi Tembus 60 Juta Ton

T Adaro Energy Tbk. (ADRO) tetap mematok target produksi komoditas emas hitam itu di kisaran 58 hingga 60 juta ton hingga akhir tahun ini.
Logo PT Adaro Energy, Tbk./Reuters-Beawiharta
Logo PT Adaro Energy, Tbk./Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perusahaan batu bara PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) bakal tetap menjalankan bisnis pertambangan batu bara sesuai dengan rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB awal di tengah capaian sebagian perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang berada di bawah target pada triwulan pertama tahun ini.

Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan perseroannya tetap mematok target produksi komoditas emas hitam itu di kisaran 58 hingga 60 juta ton hingga akhir tahun ini. Febriati mengatakan realisasi produksi ADRO hingga triwulan pertama tahun ini relatif memenuhi target yang telah ditetapkan pada RKAB awal.

“Adaro akan tetap fokus terhadap efisiensi dan keunggulan operasional. Lebih lanjut, kami harus memastikan bahwa bisnis ini akan dapat bertahan di tengah berbagai siklus melalui aktivitas bisnis yang stabil dan berkelanjutan,” kata Febriati melalui pesan WhatsApp, Minggu (15/5/2022).

Di sisi lain, Febriati mengatakan harga batu bara di pasar dunia masih relatif kondusif untuk keberlanjutan bisnis perusahaan pemegang IUP domestik. Sekalipun, kata dia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan harga batu bara acuan atau HBA pada Mei 2022 di angka US$275,64 per ton atau turun 4,42 persen dari acuan April 2022 sebesar US$288,4 per ton.

“Harga batu bara memang mengikuti siklusnya dan tidak dapat diprediksi. Walaupun kami menyambut baik dengan kondisi yang kondusif ini,” kata dia.

Selain itu, dia menambahkan perseroannya tengah mengoptimalkan pasar ekspor ke wilayah Asia Tenggara, China, Asia Timur, India dan Selandia Baru. Sembari, memenuhi ketentuan pasokan untuk pasar domestik.

Pada 2021, komposisi penjualan domestik ADRO sebesar 28 persen sementara pasar ekspor mengambil porsi penjualan hingga 72 persen. Wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur menduduki posisi tertinggi untuk destinasi ekspor yang masing masing mengambil porsi 20 persen, China 19 persen, India 11 persen dan negara lainnya mencapai 2 persen.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerima sejumlah pengajuan revisi rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB terkait dengan penyesuaian kembali kapasitas produksi perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) batu bara pada triwulan kedua tahun ini.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Lana Saria mengatakan pengajuan revisi RKAB itu mengacu pada kinerja kuartal I/2022 perusahaan pemegang IUP yang sebagian berada di bawah target produksi yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Terdapat beberapa IUP yang mengajukan perubahan RKAB baik peningkatan rencana produksi maupun penurunan produksi batu bara tahun 2022.

Rencana penurunan produksi yang diajukan mengacu pada kinerja triwulan 1 yang di bawah target produksi dan proyeksi kendala yang akan dihadapi,” kata Lana melalui pesan WhatsApp, Minggu (15/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper