Bisnis.com, JAKARTA - Angkutan barang di Indonesia dinilai telah didominasi oleh moda transportasi jalan atau trucking. Porsi pengangkutan barang dengan moda transportasi jalan diprediksi bisa mencapai 90 persen.
Supply Chain Indonesia (SCI) mengatakan bahwa dominasi angkutan jalan terhadap moda angkutan barang terlihat dari tingginya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada awal 2022, namun dibarengi oleh turunnya jumlah angkutan barang dengan moda transportasi laut maupun rel.
Menurut Chairman SCI Setijadi, hal itu menandakan saat ini angkutan barang telah didominasi oleh moda transportasi jalan atau truk (trucking). Hal tersebut juga tercermin dari data BPS 2021 terkait dengan kontribusi moda transportasi jalan terhadap PDB subsektor transportasi yang mencapai 69,38 persen.
"SCI menganalisis kondisi di atas terjadi karena pengangkutan barang pada periode tersebut semakin didominasi oleh moda transportasi jalan (trucking), seperti yang terjadi selama ini," jelas Setijadi dikutip dari siaran pers, Rabu (11/5/2022).
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) bahkan memprediksi saat ini moda transportasi jalan sudah mendominasi hingga 90 persen dari angkutan barang di Indonesia.
"Bisa 90 persen lebih," jelas Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Djoko Setijowarno, Jumat (13/5/2022).
Baca Juga
Menurut Djoko, dominasi tersebut merupakan hal yang wajar mengingat sarana dan prasarana transportasi jalan di Indonesia lebih memadai jika dibandingkan dengan moda lainnya. Misalnya, moda transportasi laut dan rel.
Selain alasan sarana dan prasarana, Djoko menyebut faktor harga menjadi pertimbangan. Apalagi, diperlukan adanya double handling dan hal tersebut dinilai kurang efisien jika dibandingkan dengan trucking.
Kendati demikian, Djoko menilai dominasi tersebut akan menambah beban jalan menjadi lebih berat. Belum lagi jika ada kendaraan yang melanggar aturan dimensi dan muatan barang atau over dimension dan over load (ODOL).
"Jelas beban jalan akan semakin bertambah. Belum kalau ada ODOL, faktor keselamatan seperti risiko kecelakaan menjadi tinggi," tuturnya.
Di samping itu, Setijadi menilai dominasi moda transportasi jalan kurang baik karena kurang efisien dibandingkan moda transportasi laut dan rel, apalagi untuk pengangkutan jarak menengah dan jauh. Dominasi moda transportasi jalan tersebut, lanjutnya, terjadi karena sistem transportasi multimoda belum berkembang secara baik.
Dengan mempertimbangkan karakteristik geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, Setijadi menyebut perlu dikembangkan sistem transportasi multimoda dengan transportasi laut sebagai tulang punggung dari pengangkutan barang. Menurutnya, sistem seperti itu akan mendorong penggunaan semua moda transportasi secara proporsional.
Kendati demikian, dia menegaskan pengembangan sistem transportasi multimoda harus didahului oleh perencanaan secara terpadu terlebih dahulu seperti perbaikan fasilitas transportasi.
"Khususnya, perlu perbaikan fasilitas dan proses di simpul-simpul transportasi seperti pelabuhan, bandara, dan terminal barang kereta api," tutupnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kuartal I/2022, sektor logistik menunjukkan pertumbuhan signifikan hingga 15,79 persen (yoy) atau tertinggi dibandingkan sejumlah sektor lain. Namun demikian, jumlah angkutan barang dengan moda laut dan kereta api turun pada periode yang sama.
Pada kuartal I/2022, jumlah angkutan barang dengan moda transportasi laut turun menjadi 78,06 juta ton (turun 0,59 persen yoy), sementara itu moda transportasi rel naik menjadi 13,47 juta ton (naik 14,16 persen yoy).
Selain itu, jika dilihat secara kuartalan, jumlah angkutan barang moda transportasi laut turun sebesar 1,41 persen (quarter-to-quarter/qtq) dan moda transportasi rel turun 6,33 persen (qtq).