Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awas! Inflasi Bisa Jegal Optimisme Konsumen

Optimisme konsumen setelah periode Ramadan dan Idulfitri berpotensi mengalami penurunan akibat tantangan inflasi dan ketersediaan lapangan kerja.
Konsumen memilih sayuran di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Konsumen memilih sayuran di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen tetap kuat di zona optimis sebesar 113,1 pada April 2022.

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan kenaikan IKK pada April 2022 tersebut mengindikasikan kenaikan optimisme masyarakat yang didorong oleh penurunan kasus Covid-19 dan pembayaran THR pada momentum Ramadan.

“Kenaikan IKK cukup menggambarkan kenaikan optimisme masyarakat terutama dipicu pelonggaran syarat perjalanan, penurunan kasus Covid-19, dan pembayaran THR yang naik untuk ASN serta dibayar penuh bagi karyawan swasta,” katanya kepada Bisnis, Rabu (11/5/2022).

Namun demikian, Bhima menilai optimisme konsumen setelah periode Ramadan dan Idulfitri berpotensi mengalami penurunan akibat tantangan inflasi dan ketersediaan lapangan kerja.

Dia mengatakan, kenaikan harga kebutuhan pokok akan memicu konsumen untuk melakukan antisipasi dengan menunda belanja kebutuhan sekunder.

“Ujungnya pembelian durable goods akan terpengaruh ketika terjadi penyesuaian harga BBM dan LPG Alami,” jelasnya.

Sementara itu, dari seluruh kelompok masyarakat, kelompok masyarakat pendapatan di bawah Rp2 juta per bulan adalah kelompok yang paling rentan terhadap fluktuasi harga.

Dengan harga komoditas global yang masih meningkat tinggi, serta didorong oleh faktor domestik, Bhima memperkirakan inflasi tahun ini berpotensi mencapai kisaran 4,5 hingga 5 persen.

“Saat ini pemerintah masih menahan administered prices ya, tapi paska lebaran sepertinya penyesuaian harga energi akan terus berlangsung. Lockdown di China dan inflasi tinggi di negara maju bisa pengaruhi biaya produksi berbagai sektor,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper