Bisnis.com, JAKARTA - Harga pabrikan China naik melebihi perkiraan pada April, begitu pula dengan harga konsumen setelah lockdown sejak bulan lalu.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (11/5/2022), indeks harga produsen naik 8 persen pada April dibandingkan pada tahun lalu. Sementara itu, kenaikan pada Maret sebesar 8,3 persen.
Kenaikan ini melampaui prediksi ekonom sebesar 7,8 persen. Pertumbuhan harga konsumen melesat 2,1 persen dari 1,5 persen pada bulan lalu, lebih cepat dari proyeksi sebesar 1,8 persen.
Kendati harga komoditas mulai landai, beban biaya masih mencekik profit produsen manufaktur.
Wabah Covid di China dan penerapan lockdown secara tidak langsung telah menambah biaya operasional, mempersulit pabrik untuk mempertahankan produksi, memperoleh bahan baku, dan mengirimkan barang jadi.
Ahli statistik senior Biro Statistik Nasional China Dong Lijuan mengatakan kenaikan inflasi konsumen disebabkan oleh wabah virus dan melonjaknya harga komoditas global.
Baca Juga
"Kepanikan membeli dan menyimpan di antara konsumen sepertinya juga mendorong permintaan. Oleh karena gangguan rantai pasok pelan-pelan terpecahkan, tekanan inflasi mungkin akan menghilang," kata Presiden dan Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management Zhang Zhiwei.
Setelah lockdown diterapkan, harga pangan mulai naik pada April. Harga sayuran segar melonjak 24 persen dari tahun lalu, dibandingkan dengan kenaikan pada Maret sebesar 17,2 persen.
Bahan bakar melompat hingga 28 persen, berkontribusi pada harga konsumen yang lebih tinggi di China. Harga bahan bakar kendaraan naik tercepat dari semua metrik dalam keranjang indeks harga konsumen (IHK).