Bisnis.com, JAKARTA - Miliarder Jepang Masayoshi Son digadang-gadang akan membuat rekor lainnya, namun ini bukan rekor yang baik. SoftBank Group Corp. diperkirakan mengalami kerugian yang cukup dalam pada kuartal I/2022.
Pengelola dana teknologi terbesar di dunia diperkirakan telah kehilangan sekitar US$18,6 miliar pada portofolio publiknya selama kuartal pertama tahun ini yang berakhir pada 31 Maret.
"Angka ini lebih besar dari rekor kerugian US$18,3 miliar pada kuartal kedua [tahun lalu]," menurut Kirk Boodry, seorang analis di Redex Research yang dipublikasikan di SmartKarma.
Dengan demikian, kerugian untuk unit Vision Fund sendiri mencapai sekitar US$10 miliar, berdasarkan perhitungan saham SoftBank di setiap dana tersebut, menurut perkiraan Boodry.
Ini adalah pembalikan drastis dari tahun lalu ketika Son naik ke panggung di Tokyo untuk mengumumkan SoftBank telah menghasilkan lebih banyak uang dalam satu kuartal daripada perusahaan Jepang mana pun dalam sejarah.
Softbank yang didirikan sekitar 40 tahun lalu mencapai laba bersih 1,93 triliun yen atau US$17,7 miliar pada saat itu, melampaui perusahaan kelas berat Japan seperti Toyota Motor Corp. dan NTT Corp.
Baca Juga
“Ini tidak normal. Investor, pasar mulai khawatir,” kata Boodry. Ketika berbicara tentang skala atau potensi kerugian. Dia menilai pasar tampaknya secara umum membangun ekspektasi lebih banyak penurunan.
Dua Vision Funds SoftBank telah terpukul keras oleh jatuhnya valuasi teknologi karena suku bunga global naik dan China yang memperketat cengkeraman pada industri teknologi di Negeri Panda tersebut.
Sementara itu, Coupang Inc. di Korea Selatan dan Didi Global Inc. di China telah menjadi salah satu hambatan terbesar bagi Vision Fund, dengan masing-masing membukukan penurunan harga saham kuartalan terbesar masing-masing sebesar 40 persen dan 50 persen.
Kerugian terbesar Vision Fund hingga saat ini mencapai 825,1 miliar yen dan terjadi pada kuartal kedua pada tahun lalu ketika pasar saham global jatuh. Unit tersebut kemudian mendapatkan kembali profitabilitas dan menghasilkan 109 miliar yen dalam tiga bulan yang berakhir pada kuartal IV/2021.
Intinya sebenarnya untuk kuartal keempat fiskal akan bergantung pada bagaimana SoftBank menandai nilai dari sejumlah besar kepemilikan pribadinya. Ini termasuk ByteDance Ltd., yang mengoperasikan platform video pendek populer TikTok, dan Oyo Hotels India.
“Ada visibilitas yang jauh lebih sedikit pada bagian portofolio ini, terutama di Vision Fund 2 di mana banyak dari investasi ini lebih kecil atau pada tahap lebih awal,” tulis Boodry dalam sebuah catatan kepada investor. Namun, dia menambahkan SoftBank kemungkinan akan mengalami kerugian yang berarti dalam portofolio pribadi juga.
Amir Anvarzadeh dari Asymmetric Advisors mengungkapkan bahwa seluruh struktur bisnis Softbank bergantung pada satu asumsi utama dan itu adalah harga saham yang terus meningkat khususnya di saham teknologi, yang memimpin aksi jual pasar saat ini.
“Kelemahan mendasar [Softbank] ini semakin terekspos oleh bearish market," katanya.
Nasdaq 100, indeks acuan utama untuk saham teknologi, turun sekitar 25 persen tahun ini dan berada di jalur untuk kinerja tahunan terburuk sejak 2008. Ukuran tersebut menguat 27 persen tahun lalu menyusul kenaikan 48 persen pada 2020.