Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Amerika di China Pesimistis Soal Prospek Investasi di Tengah Lockdown

Hampir 60 persen dari pengusaha Amerika menurunkan perkiraan pendapatan mereka untuk tahun ini menyusul penyebaran virus Covid-19.
Pekerja dengan alat pelindung diri (APD) duduk di kendaraan yang diubah menjadi stasiun pengujian Covid-19 seluler selama lockdown di Shanghai, China, Senin (25/4/2022). Shanghai menjadi pusat wabah Covid-19 terburuk di China setelah kejadian di Wuhan beberapa tahun lalu. Sebanyak 138 Jiwa dilaporkan meninggal dunia pada gelombang kali ini. Bloomberg
Pekerja dengan alat pelindung diri (APD) duduk di kendaraan yang diubah menjadi stasiun pengujian Covid-19 seluler selama lockdown di Shanghai, China, Senin (25/4/2022). Shanghai menjadi pusat wabah Covid-19 terburuk di China setelah kejadian di Wuhan beberapa tahun lalu. Sebanyak 138 Jiwa dilaporkan meninggal dunia pada gelombang kali ini. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha Amerika di China memangkas investasinya dan menurunkan target pendapatan lantaran lockdown yang memukul operasional dan rantai pasok di negara tersebut.

Dilansir Bloomberg pada Senin (9/5/2022), lebih dari separuh dari 121 perusahaan yang disurvei oleh Kamar Dagang Amerika di China telah mengurangi atau menunda investasi di negara itu.

Hampir 60 persen dari mereka menurunkan perkiraan pendapatan mereka untuk tahun ini menyusul penyebaran virus.

"Kami memahami China memilih untuk memprioritaskan kesehatan dan keamanan di atas yang lainnya, tetapi tindakan saat ini mengurangi kepercayaan diri bisnis AS di China," ujar Ketua AmCham China Colm Rafferty.

Dia menambahkan, pengusaha AS belum melihat tanda-tanda berakhirnya situasi sulit ini lantaran tantangan yang sudah ada sebelumnya terus memburuk.

Klaster baru di China terus bermunculan sejak Maret sehingga kebijakan penguncian terus digalakkan. Hal itu membuat aktivitas ekonomi terkontraksi dan melemahnya pertumbuhan ekspor.

Kendati menyuarakan dukungan terhadap ekonomi, pemerintah China juga mempertahankan strategi nol Covid yang menargetkan musnahnya seluruh penularan.

Lebih dari 15 persen perusahaan Amerika Serikat yang beroperasi di Shanghai yang sedang menghadapi lockdown sudah lebih dari sebulan ini melaporkan bisnisnya harus tutup sepenuhnya. Survei ini dilakukan pada 29 April - 5 Mei.

Hampir 60 persen responden yang beroperasi di seluruh China mengatakan kapasitas produksi melambat atau berkurang karena berkurangnya karyawan dan kesulitan mendapatkan pasokan.

Namun, upaya pemerintah untuk meningkatkan proses logistik telah berdampak positif bagi setidaknya seperempat responden.

Adapun, 41 persen lainnya melaporkan kerugian berkelanjutan dari gangguan rantai pasok.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper