Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bill Gates: Kenaikan Suku Bunga Bakal Picu Perlambatan Ekonomi Dunia

Sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan India telah mulai meningkatkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi.
Bill Gates menjadi pembicara saat Bloomberg New Economy Forum di Beijing, China, Kamis (21/11/2019). /Bloomberg-Takaaki Iwabu
Bill Gates menjadi pembicara saat Bloomberg New Economy Forum di Beijing, China, Kamis (21/11/2019). /Bloomberg-Takaaki Iwabu

Bisnis.com, JAKARTA — Miliarder Bill Gates mengatakan kenaikan suku bunga acuan akan meningkatkan potensi perlambatan ekonomi global yang juga dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.

"Saya khawatir [investor pesimistis] ini memiliki argumen yang cukup kuat yang sangat mengkhawatirkan saya," kata Gates pada hari Minggu dalam acara Fareed Zakaria GPS di CNN, seperti dilansir Bloomberg pada Senin (9/5/2022).

Pendiri Microsoft Inc. ini mengatakan peperangan di Ukraina memperburuk pandemi pada saat utang pemerintah sudah sangat tinggi dan memperburuk masalah rantai pasok.

Sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan India telah mulai meningkatkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi.

"[Hal itu] akan menghasilkan perlambatan ekonomi," kata Gates.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global paling banyak sejak awal pandemi dan memprediksi inflasi lebih cepat karena perang di Ukraina dan lockdown di China.

Sementara itu, bank sentral di Australia, Islandia, India, Brasil, Inggris, Republik Ceko, Polandia dan Chili mulai menyusun strategi pengetatan guna menghadang pertumbuhan inflasi.

Reserve Bank of Australia (RBA) mengatakan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut karena tingkat pengangguran diprediksi akan menurun ke level terendah sejak 1974.

Hal itu mendorong pertumbuhan upah dan memacu pertumbuhan harga konsumen. Menurut pernyataan RBA pada Jumat, inflasi utama dan inflasi inti terlihat di atas target sebesar 2 - 3 persen pada tahun ini dan berikutnya sebelum turun menjadi 2,9 persen pada akhir periode proyeksi pada Juni 2024.

"Biaya tenaga kerja yang naik sebagai respons dari ketatnya pasar tenaga kerja diprediksi menjadi pendorong utama inflasi dalam periode perkiraan," kata RBA.

Perusahaan saat ini melaporkan mereka harus membayar upah lebih tinggi dan memperkirakan adanya peningkatan upah dalam beberapa tahun ke depan. Bank sentral menaikkan suku bunga lebih besar dari perkiraan sebesar 25 basis poin pada Selasa setelah Gubernur Philip Lowe berubah menjadi lebih hawkish, tepat sebelum keputusan The Fed.

Adapun India telah menaikkan suku bunga acuan secara mengejutkan pada Rabu lalu. Hal ini menyebabkan pasar obligasi dan saham tersungkur.

Per Maret, tingkat inflasi ritel naik ke level tertinggi dalam 17 bulan terakhir menjadi 6,95 persen. Gubernur Reserve Bank of India (RBI) Shaktikanta Das memperingatkan adanya risiko harga tetap tinggi dalam waktu yang sangat panjang dan perkiraan menjadi tidak pasti.

“Inflasi harus dijinakkan untuk menjaga ekonomi India tetap teguh pada jalurnya menuju pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif,” kata Das.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper