Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nikel dan Batu Bara Bergeliat, Industi Alat Berat Meningkat Pesat

Dipicu kinerja cemerlang pada kuartal pertama tahun ini, maka target produksi alat berat secara tahunan pun dikerek menjadi 9.000 hingga 10.000 unit. Angka tersebut naik dari target yang diungkap Hinabi pada akhir tahun lalu sebesar 8.000 unit.
Loading Shovels Hitachi, salah satu produk PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA). Istimewa
Loading Shovels Hitachi, salah satu produk PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mencatat produksi pada kuartal I/2022 mencapai 2.113 unit, atau tumbuh 49,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1.417 unit.

Ketua Umum Hinabi Jamaludin mengatakan meskipun kegiatan produksi belum sepenuhnya kembali normal, rekrutmen pekerja sudah membaik dibandingkan dengan tahun lalu sehingga memungkinkan pertumbuhan.

Adapun, target produksi tahun ini naik menjadi 9.000 hingga 10.000 unit. Angka tersebut naik dari target yang diungkap Hinabi pada akhir tahun lalu sebesar 8.000 unit.

Dari total angka produksi, hydraulic excavator untuk usaha pertambangan menyumbang kontribusi terbesar yakni 1.814 unit. Sisanya disumbang oleh motor grader 29 unit, bulldozer 205 unit, dan dump truck 65 unit.

"Target kami tahun ini 9.000 sampai 10.000 unit. No change [dari awal 2022]," kata Jamaludin saat dihubungi Bisnis, Kamis (28/4/2022).

Dengan kontribusi terbesar disumbang oleh hydraulic excavator, Jamaludin mengatakan pendorong pertumbuhan terbesar masih dari sektor pertambangan, terutama batu bara dan mineral seperti nikel. Selanjutnya, sektor konstruksi ke depan berpeluang tumbuh kontribusinya seiring berjalannya proyek-proyek pembangunan infrastruktur pemerintah.

Angka Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) alat berat sudah membaik di kisaran 40 persen hingga 50 persen sehingga dapat memacu partisipasi dalam proyek-proyek pemerintah.

Jamaludin mengatakan tantangan produksi pada kuartal pertama tahun ini masih berkutat pad harga material yang tinggi dan suplai yang ketat.

Impor material produksi masih menjadi tantangan bagi industri. Selain harga pengapalannya yang melambung, ketersediaan material juga terbatas. Dia mengakui bahwa permintaan alat berat sepanjang tahun lalu sangat tinggi dan pemenuhannya secara bertahap dilakukan pada tahun ini.

"Suplai material [masih terbatas] karena semua industri tumbuh," ujarnya.

Untuk diketahui, produksi alat berat sepanjang tahun lalu mencapai 6.740 unit atau tumbuh 96,67 persen dari capaian 2020 yang hanya 3.427 unit saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper