Bisnis.com, JAKARTA - Perang yang berkepanjangan menyebabkan surutnya ekspor Indonesia ke Ukraina. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan lalu, Indonesia sama sekali tak mencatatkan pengapalan ke Keranjang Roti Eropa itu.
Salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia ke Ukraina yakni alas kaki, yang tercatat nihil pada Maret 2022. Pada dua bulan sebelumnya, ekspor alas kaki ke Ukraina masing-masing sebesar US$600.000.
Meski demikian, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie meyakini ekspor alas kaki secara keseluruhan bakal tetap tumbuh pada kuartal I/2022. Hal ini terlihat dari tren pertumbuhan ekspor pada Januari dan Februari 2022 dimana angkanya mencapai dua digit.
"Januari [ekspor] kami tumbuh 34 persen, di Februari tumbuhnya 29 persen, dan akumulasinya secara year-on-year 32,1 persen. Saya rasa belum akan banyak berubah sampai Maret-April 2022, seandainya turun menjadi sekitar 25 persen pun masih sangat tinggi," kata Firman kepada Bisnis, Senin (25/4/2022).
Dia pun melanjutkan, untuk produksi berorientasi ekspor, pemesanan sampai dengan Mei hingga Juni 2022 sudah di tangan. Hal yang sama juga ditunjukkan di awal masa pandemi pada 2020 dimana order sampai paruh tahun pertama telah diamankan sehingga utilitas kapasitas produksi bisa dipertahankan.
"2020 dan 2021 ekspor kami tetap tumbuh, salah satu faktornya, daya saing. Meskipun pandemi Covid dan perang Rusia dan Ukraina, kami tetap optimistis dengan komitmen buyer dan bagaimana kami merebut pasar-pasar pesaing kami," ujarnya.
Baca Juga
Sepanjang tahun lalu ekspor alas kaki tumbuh sekitar 27 persen menjadi sekira US$6 miliar. Hingga 2024, ekspor ditargetkan dapat mencapai angka US$10 miliar. Pada tahun ini pertumbuhan ekspor diproyeksikan setidaknya dapat menyamai realisasi pada tahun lalu.
Selain alas kaki, komoditas unggulan ekspor ke Ukraina yang tercatat nihil pada bulan lalu yakni lemak dan minyak hewan/nabati, dan kertas/karton.
Sepanjang kuartal I/2022 total ekspor Indonesia ke Ukraina sebesar US$28,7 juta. Secara year-on-year, capaian tersebut terkoreksi 73,6 persen.
Adapun, menurut catatan Kementerian Perindustrian, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan volume produksi sebesar 33,42 persen dari 793,8 juta pasang pada 2020 menjadi 1,05 miliar pasang pada 2021. Tahun ini, Firman memproyeksikan volume produksi akan kembali ke posisi sebelum pandemi pada angka 1,2 miliar pasang.