Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamenkeu: Konsumsi jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi di Atas 6 Persen

Menurut Wamenkeu, kunci pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen adalah konsumsi. Konsumsi harus tumbuh di atas 5 persen.
Suasana deretan gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (6/3/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana deretan gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (6/3/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan konsumsi menjadi salah satu syarat penting agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih tinggi dari catatan saat ini, hingga mencapai 6 persen sebagai syarat untuk keluar dari jebakan middle income trap.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi yang terjadi sejak 2021 akan mendorong tren pertumbuhan ekonomi kembali ke kondisi sebelum pandemi Covid-19. Indonesia dapat kembali ke tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen.

Meskipun begitu, dia menilai bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi 5 persen tidak cukup karena Indonesia masih rentan terjebak dalam middle income trap. Idealnya, Indonesia harus mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah hingga rata-rata 6 persen.

"Kalau ingin tumbuh di atas 5 persen maka konsumsi harus tumbuh di atas 5 persen, tidak mungkin hanya dengan pertumbuhan anggaran pendapatan dan belanja negara [APBN]," ujar Suahasil dalam rapat koordinasi pembangunan pusat 2022, Kamis (21/4/2022).

Konsumsi menyumbang sekitar 55 persen terhadap struktur perekonomian Indonesia, sehingga kenaikan konsumsi akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, pandemi Covid-19 memukul konsumsi cukup dalam.

Suahasil menyebut bahwa APBN merupakan salah satu instrumen untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat, salah satunya dengan mekanisme subsidi. Misalnya, pemerintah memberikan subsidi dan kompensasi untuk menjaga harga bahan bakar minyak (BBM) dan liquid petroleum gas (LPG) di tengah kenaikan harga energi secara global.

Pemerintah perlu memastikan konsumsi tumbuh dengan baik jika ingin pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Namun, hal itu perlu disertai reformasi perekonomian yang lebih optimal dan berpihak kepada masyarakat.

"Begitu konsumsi dan investasi bisa tumbuh karena memasuki pemulihan, maka fiskal melakukan konsolidasi, kami konsolidasikan lagi supaya APBN menjadi kembali lebih sehat," kata Suahasil.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper