Bisnis.com, JAKARTA - International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional memperkirakan laju inflasi global akan meningkat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia dan Ukraina.
Tingkat inflasi negara maju diperkirakan akan mencapai 5,7 persen pada tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 3,9 persen.
Demikian juga proyeksi untuk negara berkembang, di mana inflasi tahun ini diperkirakan akan mencapai level 8,7 persen, melonjak dari perkiraan sebelumnya 5,9 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kenaikan inflasi merupakan fenomena yang dihadapi oleh hampir semua negara.
Sebelumnya, perekonomian dunia menghadapi tantangan kenaikan harga komoditas akibat disrupsi mata rantai pasok karena pemulihan ekonomi yang tidak merata.
Kondisi ini diperparah dengan perang Rusia dan Ukraina yang telah mendorong harga komoditas meningkat sangat ekstrem, terutama pada komoditas energi dan pangan.
“Kenaikannya ekstrem dan cepat, ini yang menimbulkan shock hampir di seluruh negara,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita.
Kondisi ini juga kata Sri Mulyani menyebabkan APBN di dunia harus merespons kenaikan inflasi tersebut, terutama pemberian subsidi yang akan melonjak tinggi.
“Kenaikan inflasi tentu harus diwaspadai, termasuk di Indonesia, meskipun saat ini masih di level 2,6 persen,” jelas Sri Mulyani.