Bisnis.com, JAKARTA – Serangan Rusia ke Kota Dnipro, Ukraina mengakibatkan Uni Eropa sepakat melarang ekspor batu bara dari Rusia. Absennya batu bara Rusia dari pasar global akibat embargo ini menyebabkan harga batu bara melonjak 18,8 persen pada pekan lalu. Harga batu bara diproyeksikan akan terus naik pada minggu ini dan melewati level US$300 per ton.
Rusia mengekspor lebih dari 200 juta ton batu bara pada tahun 2021, menyumbang 17 persen dari ekspor batu bara global dan hampir 50 juta ton ke Eropa. Dengan diberlakukannya embargo tersebut, Uni Eropa harus mencari pemasok baru.
Embargo batu bara Rusia berpotensi menguntungkan Indonesia sebagai pengekspor batu bara. Momentum tersebut dapat dimanfaatkan produsen batu bara Indonesia untuk menembus pasar Eropa.
Kendati demikian, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyebutkan pihaknya belum mendapat kabar mengenai perusahaan yang akan melakukan peningkatan produksi.
“Sejauh ini kami belum mendapat kabar detail apakah ada perusahaan yang mengajukan permohonan revisi RKAB [Rencana Kerja dan Anggaran Biaya] untuk peningkatan produksi ke pemerintah,” ungkap Hendra, Selasa (12/4/2022).
Permohonan RKAB tersebut, menurut Hendra, dapat diajukan oleh perusahaan pada kuartal II/2022 dengan persetujuan dari pemerintah.
Baca Juga
Hendra menambahkan, larangan ekspor batubara Rusia berlaku efektif pada Agustus mendatang. Oleh sebab itu, negosiasi maupun pengapalan yang dilakukan diperkirakan akan diberlakukan untuk pengiriman pasca Agustus 2022.
Menurut Hendra, beberapa potential buyers dari Eropa tengah menjajaki dengan eksportir Indonesia.
“Beberapa potential buyers dari Eropa sudah dan sedang menjajaki dengan coal exporters dari Indonesia. Saya dengar juga ada perusahaan yang telah mengapalkan ke Eropa,” jelas Hendra.
Hendra tidak merinci lebih detail perusahaan mana saja yang telah melakukan negosiasi maupun mengapalkan batubara ke Eropa, karena proses negosiasi tersebut bersifat B to B. Lebih lanjut, sambung Hendra, pemenuhan permintaan batu bara dari pasar Eropa masih terkendala sejumlah tantangan.
“Kendala pertama adalah freight cost. Karena kondisi geografis Indonesia, sehingga meningkatkan freight cost yang menyebabkan batu bara Indonesia kurang kompetitif dibandingkan batu bara dari Australia, Afrika Selatan, Kolombia hingga Amerika Serikat,” imbuhnya.
Adapun kendala berikutnya adalah perbedaan kualitas (kalori) batu bara produksi Indonesia dengan kebutuhan batu bara di pasar Eropa.
“Pasar Eropa membutuhkan batu bara kalori sedang hingga tinggi, sementara tidak banyak perusahaan di Indonesia yang memiliki slot batu bara kualitas tersebut,” pungkas Hendra.
Sebagai catatan, batu bara kualitas tinggi adalah batu bara yang memiliki nilai kalori di atas 5.800 kcal/kg, surface moisture yang tinggi, serta kadar ash, sulphur, dan volatile matter yang rendah. Batu bara kualitas tinggi biasanya digunakan untuk pembangkit listrik, menghasilkan uap, dan produksi kokas.