Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19 yang mulai mereda dan mulai kembalinya work from office (WFO) diharapkan dapat meningkatkan okupansi gedung perkantoran.
Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan okupansi perkantoran di Central Business District (CBD) pada kuartal I/2022 terjadi penurunan sebesar 3 persen secara kuartalan menjadi 75,3 persen.
Untuk okupansi di kawasan non-CBD mengalami penurunan 3,9 persen secara kuartalan dan berada pada tingkat yang sama dengan CBD, yakni 75,3 persen.
Menurutnya, penurunan okupansi perkantoran terjadi karena mulai masuknya suplai perkantoran
“Jadi kalau suplai itu masuk dalam keadaan belum terlalu baik saat dia beroperasi atau okupansinya belum terlalu baik, itu bisa mempengaruhi tingkat hunian keseluruhan,” ujarnya dalam Media Briefing Virtual, Rabu (6/4/2022).
Ferry mengungkapkan faktor yang paling menentukan penurunan tingkat okupansi yakni pengurangan luas perkantoran oleh beberapa perusahaan yang menerapkan sistem hybrid working.
Baca Juga
Namun demikian, okupansi akan mampu bergerak naik hingga menyentuh 77 persen pada akhir tahun 2022 seiring dengan beberapa sektor industri yang akan menjadi penggerak.
Beberapa sektor industri akan menjadi penggerak penyerapan sepanjang 2022, diantaranya e-commerce, fintech, social media platform.
"Pertumbuhan ekonomi yang stabil akan semakin mendorong permintaan ruang perkantoran dan tingkat hunian tumbuh sejalan dengan terbatasnyatambahan pasok 2023 - 2045," katanya.
Sepanjang kuartal I tahun 2022, terdapat dua gedung perkantoran yang telah beroperasi dan menambah total pasok di CBD menjadi 7,04 juta meter persegi. Dua gedung perkantoran yang telah selesai yakni PNM Tower (Office One) dan Menara BRI resmi beroperasi.
Untuk di luar CBD, terdapat 2 proyek gedung perkantoran yang selesai dibangun dan beroperasi yakni Pondok Indah office Tower 5 dan Maritime Tower yang menambah pasok menjadi 3,70 juta meter persegi.
Ke depan, belum ada proyek baru yang diperkenalkan, gedung baru masih berasal dari penyelesaian proyek yang saat ini sedang dibangun. Menurutnya, pengembang pun masih dalam posisi menunggu saat yang tepat untuk memperkenalkan proyek baru
"Penyelesaian beberapa gedung kantor bergeser dari target sebelumnya," ucapnya.
Ferry menambahkan untuk mengejar dan memertahankan tingkat hunian, beberapa pengelola gedung memilih untuk menurunkan tarif sewa. Adapun, tarif sewa di CBD saat ini tercatat Rp235,653, sedangkan diluar CBD tercatat Rp176.737.
"Tarif sewa ini turun 11% [CBD] dan 8% [di luar CBD] dibandingkan kuartal II 2020 [awal masa pandemi]," tuturnya.
Lalu untuk pasar gedung jual, harga jual di CBD dan di luar CBD cenderung stabil. Saat ini, ruang perkantoran untuk dijual kebanyakan ditawarkan untuk disewakan (sublease).
"Beroperasinya gedung kantor kelas premium akan memberikan pengaruh terhadap perhitungan rerata tariff sewa, terutama di CBD. Namun karena masih besarnya ruang yang belum terserap, perbedaan antara penawaran hingga ke tarif transaksi masih relatif lebar," terangnya.