Bisnis.com, JAKARTA - Meski purchasing managers' index (PMI) manufaktur pada Maret 2022 masih berada di jalur perlambatan, aktivitas produksi akan terpacu kenaikan permintaan jelang Lebaran.
Kementerian Perindustrian mencatat PMI manufaktur Indonesia pada bulan lalu sebesar 51,3 mampu melampaui capaian sejumlah negara, antara lain Korea Selatan (51,2), Malaysia (49,6), China (48,1), Rusia (44,1), serta di atas rata-rata Asean (50,8).
Capaian pada bulan lalu diketahui mengalami kenaikan tipis dari Februari yang sebesar 51,2. "Kami terus menjaga dan memacu agar sektor industri dapat berproduksi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, terutama pada bulan Ramadan dan Lebaran yang permintaannya akan meningkat," kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Jumat (1/4/2022).
Pemulihan manufaktur pada tahun ini diharapkan juga terdorong pembahasan isu industri pada Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20. Febri mengatakan pertemuan TIIWG merupakan babak baru dalam kolaborasi antarnegara anggota G20.
Seluruh delegasi dalam pertemuan pertama TIIWG pekan ini, secara substantif mendukung gagasan bahwa sektor industri merupakan salah satu poros pemulihan ekonomi dunia, selain perdagangan dan investasi.
"Hal ini karena industri memegang peranan penting dalam perekonomian, sehingga perlu merumuskan strategi bersama untuk mencapai industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, sehingga menciptakan ekonomi dunia yang lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi krisis," jelasnya.
Baca Juga
Sementara itu, menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia pada Maret, Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit menyampaikan, meski kenaikan output dan pesanan baru terlihat melambat karena menghadapi dampak Covid-19 yang masih ada, kepercayaan bisnis semakin meningkat tajam di antara perusahaan manufaktur Indonesia di tengah gelombang virus terkini yang mulai mereda.
"Sangat penting untuk mengamati apakah sentimen positif berarti pertumbuhan produksi yang lebih baik pada bulan-bulan mendatang. Selain itu, berita baiknya adalah kondisi ketenagakerjaan membaik pada bulan Maret, karena perusahaan tetap percaya diri dalam memperbesar kapasitas tenaga kerja mereka, untuk menampung persyaratan produksi berkelanjutan dan yang akan datang," jelasnya.