Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Buka Peluang Hidrogen Jadi Sumber Energi Sektor Industri

Pemerintah menilai hidrogen merupakan kunci masa depan energi bagi industri dan akan menjadi game changer yang akan menggantikan sumber fosil dan batu bara. Hal ini karena hidrogen merupakan pembawa energi yang dapat digunakan untuk menyimpan, memindahkan, dan menyalurkan energi yang dihasilkan dari sumber lain.
Genset hidrogen. Alat ini berpotensi untuk dikembangkan. /Antara
Genset hidrogen. Alat ini berpotensi untuk dikembangkan. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian membuka peluang pengembangan hidrogen sebagai sumber energi alternatif bagi sektor industri di dalam negeri.

Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) telah mengadakan seminar mengenai pengembangan hidrogen sebagai sumber energi bersih yang diharapkan mendukung penyusunan regulasi dan peta jalan aplikasi hidrogen untuk industri.

Dirjen ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan ada potensi kekurangan suplai energi di masa depan sehingga akan mempengaruhi ketersediaan energi sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor industri. Apalagi, ketersediaan energi domestik pada 2030 diperkirakan hanya mampu memenuhi 75 persen permintaan energi nasional, dan akan terus menurun hingga sekitar 28 persen pada 2045.

Bahkan, dengan kondisi keterbatasan energi fosil di masa depan, diperlukan upaya untuk pemenuhan sumber energi baru yang memadai dan andal yang akan memberikan multiplier effect yang luar biasa dalam mendukung daya saing industri, menarik minat investasi, dan tumbuhnya industri dalam negeri.

"Salah satu EBT yang akan berkembang pesat adalah Hidrogen," ujar Taufiek dalam keterangannya, Rabu (30/3/2022).

Menurut Taufiek, hidrogen adalah masa depan energi bagi industri dan akan menjadi game changer yang akan menggantikan sumber fosil dan batu bara. Hal ini karena hidrogen merupakan pembawa energi yang dapat digunakan untuk menyimpan, memindahkan, dan menyalurkan energi yang dihasilkan dari sumber lain.

"Selain itu, pertimbangan pengembangan hidrogen adalah rendahnya biaya produksi di masa depan,” jelasnya.

Sebagai perbandingan, biaya produksi green hydrogen mencapai US$2,5-4,5 per kg pada 2019, dan diproyeksi menjadi US$1-2,5 per kg pada 2030. “Ini akan turun hingga tiga kali lipat pada tahun 2050,” imbuhnya.

Dengan demikian, Taufiek menilai, hidrogen sebagai bahan bakar akan semakin ekonomis dan populer di masa mendatang. Dengan peluang ini, Kemenperin siap menginisiasi pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan pada sektor industri pembangkit listrik, industri logam, industri makanan, dan bahkan industri semikonduktor di masa yang akan datang.

"Selain itu, hidrogen dapat dimanfaatkan dalam cell baterai untuk aplikasi kendaraan bermotor, truk, kapal, kereta api bahkan pesawat udara. Peluang ini harus kita sikapi dengan menyiapkan kemanpuan baik dari sisi teknologi maupun dari sumber daya manusia. Artinya, pemanfaatan hidrogen akan meningkatkan daya saing bagi nilai tambah industri,” paparnya.

Taufiek menambahkan, saat ini setidaknya terdapat tiga tantangan besar dalam transisi energi yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Pertama, terkait dengan akses energi bersih, dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa tidak semua warga dunia memiliki akses pada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern.

Kedua, terkait dengan masalah pendanaan, di mana proses transisi energi membutuhkan dana yang sangat besar. Ketiga, dukungan riset dan teknologi untuk menghasilkan teknologi baru yang lebih efisien dan lebih kompetitif.

“Kami telah mengeluarkan peta jalan Industri Otomotif Nasional yang menetapkan 20 persen penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik di tahun 2025 yang diikuti dengan upaya efisiensi pada industri otomotif untuk jenis teknologi Internal Combustion Engine [ICE], Hybrid, dan Plug-in Hybrid,” terang Taufiek.

Teknologi fuel cell berbasis hidrogen juga telah terdapat dalam peta jalan industri otomotif nasional tersebut, dengan semangat untuk menuju produksi industri kendaraan ramah lingkungan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper