Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Energi dan Reli Kenaikan Minyak Nabati, GIMNI: Uni Eropa Mengemis Sawit Indonesia

GIMNI memproyeksikan produksi CPO dalam negeri bakal mencapai 49 juta ton pada 2022.
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menuturkan Uni Eropa belakangan meminta pasokan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Indonesia di tengah krisis energi dan reli kenaikan harga minyak nabati dunia akibat perang Rusia-Ukraina pada awal tahun ini.

Padahal Uni Eropa konsisten menerapkan kebijakan diskriminatif untuk produk CPO Indonesia lewat aturan Renewable Energy Directive (RED) II dan Delegated Regulation yang diterbitkan sejak 2018 lalu.

“Baru-baru ini kejadian orang yang membenci sawit dulu di negara Eropa sekarang sudah minta-minta, mereka yang menajiskan sawit itu sekarang sudah mengemis untuk dapat sawit,” kata Sahat saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (30/3/2022).

Sahat mengatakan asosiasinya berkomitmen untuk mengalihkan pasokan CPO itu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri dalam negeri. Dengan demikian, kata dia, pelaku usaha tidak akan melayani permintaan terbaru dari Uni Eropa tersebut.

“Beliau [pimpinan komisi IV] bilang jangan dilayani Eropa, dari dulu mereka mencaci kita saja, saya sangat setuju marilah kita sebagai bangsa punya nyali,” kata dia.

Adapun, GIMNI memproyeksikan produksi CPO dalam negeri bakal mencapai 49 juta ton pada 2022. Sementara itu, kebutuhan domestik akan terserap sebanyak 19 juta atau 36 persen dari kapasitas produksi. Kebutuhan minyak goreng domestik sendiri di angka 4,9 juta ton atau sekitar 10 persen.

“Kalau republik ini punya konsep yang jelas tentang sawit ini harusnya membuat 65 persen produksi kita itu untuk domestik sehingga kita tidak tergantung ekspor kalau kita bisa buat kita bisa jadi penentu harga, selama ini kita tergantung pada pasar luar negeri karena pasar kita yang terbesar di sana,” tuturnya.

Selain itu, Sahat menilai positif regulasi yang mengatur pembedaan harga CPO dalam negeri dari fluktuasi pasar dunia. Dia meminta pemerintah bersama dengan DPR menetapkan harga CPO yang rendah untuk industri dalam negeri. Harapannya investasi asing dapat masuk ke Indonesia yang dapat membawa nilai tambah ekonomi yang lebih besar bagi negara.

“Harga dalam negeri harus rendah dibandingkan harga internasional sehingga investor itu datang ke republik dia berproduksi di sini baru dia ekspor dengan nilai tambah yang sudah tinggi, pajak kita dapat, lapangan kerja dapat,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Harga minyak dunia naik pada hari ketiga pekan ini. Hari ini, Rabu (30/03/2022), harga minyak Brent berada di US$109,43/barel, harga Brent naik 1,72 persen dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Selama sepekan terakhir, harga minyak Brent terkoreksi 2,87 persen secara point-to-point.

Sememtara itu, minyak jenis light sweet atau West Texas Index (WTI) naik harga sebesar 1,68 persen menjadi US$105,92/barel. Dalam seminggu ke belakang, harga minyak WTI turun 2,83 persen secara point-to-point.

Perkembangan konflik Rusia-Ukraina menjadi salah satu faktor penyebab koreksi harga minyak. Kedua negara tersebut tengah melakukan pembicaraan damai antara kedua negara di Turki.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper