Bisnis.com, YOGYAKARTA — PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan negara yang bergerak di bidang energi, menyatakan komitmennya dalam mendukung transisi menuju energi terbarukan yang merupakan agenda Energy Transition Working Group (ETWG) G20.
Chair of Task Force Energy, Sustainability, and Climate B20 serta Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menyampaikan komitmen tersebut. B20 atau The Business 20 adalah komunitas bisnis internasional di negara-negara anggota G20. Sektor bisnis bertujuan untuk mendukung pemenuhan masing-masing negara mencapai komitmen net zero emission pada tahun 2060.
Menurut Nicke, Presidensi Indonesia di G20 tahun ini memerlukan dukungan berbagai pihak. Rekomendasi dan kebijakan yang akan disusun negara anggota, harus diterjemahkan ke dalam policy action dan business action.
“Sebagai Dirut Pertamina, saya lihat ini sangat sejalan sekali, karena Pertamina punya kontribusi yang signifikan di dalam energi di Indonesia. Sehingga agenda G20 yang merupakan agenda global untuk melakukan energy transition ini pun menajdi agenda besar bagi Pertamina,” terang NIcke, saat ditemui Bisnis di Yogyakarta, Jumat (25/03/2022).
Nicke menjelaskan, ada sejumlah langkah yang diambil sektor bisnis dalam gugus tugas energi, keberlanjutan dan iklim. Pertama, ujarnya, adalah melihat target negara karena ada grand energy strategy nasional yang sudah ditetapkan pemerintah, yang memuat tahapan-tahapan transisi energi di Indonesia. Pemerintah menetapkan mengapa, apa dan kapan target transisi energi itu, sedangkan sektor bisnis menjabarkan bagaimana mencapainya.
“Karena sebagai pelaku kita memahami betul, apa yang kita perlukan dan apa yang akan kita lakukan untuk mencapai target tersebut. Peran B20 harus memastikan bahwa agenda besar transisi energi Indonesia ini harus masuk dalam policy recommendations dan policy action di G20 tahun ini,” tambahnya.
Baca Juga
Kedua, lanjut Nicke, setiap negara mempunyai karakteristik dan tantangan berbeda dalam transisi energi, walaupun tujuannya sama. Karena itu, sebagai Chair B20 Energy Task Force, Nicke yang juga Direktur Utama Pertamina harus melihat secara komprehensif seluruh kepentingan di negara-negara G20.
“Harus kita atur, sisi mana mana yang bisa kita sinergikan agar developing country seperti Indonesia, bisa segera melakukan akselerasi transisi energi melalui prgram kerja sama dengan negara maju,” jelas Nicke.
Fokus utama sektor bisnis di G20, lanjut Nicke, setidaknya ada tiga, yaitu akselerasi transisi energi, pendanaan dan kerja sama global.
Indonesia akan menjalankan percepatan transisi energi dengan tiga pedoman, yaitu energy security, accessibility dan affordability. Prinsipnya, transisi energi itu harus berjalan adil dan terjangkau untuk semua pihak. Peralihan dari energi fosil ke energi baru terbarukan, tidak boleh meningkatkan angka kemiskinan, apalagi saat ini Indonesia masih didominasi sumber energi fosil.
Aspek pendanaan juga memerlukan perhatian, karena sektor bisnis memahami transisi energi membutuhkan biaya besar. Karena itulah, fokus terakhir adalah kerja sama global untuk mencapai tujuan itu bersama-sama.
“Sektor bisnis dunia ada yang masih didominasi oleh fosil energy, dan ada yang sudah 100 persen renewables energy. Jadi menarik, merekapun masing-masing punya kepentingan. Kita harus menjembatani dan mengakomodasi menjadi satu kesepakatan,” imbuhnya.
Nicke juga menekankan agar transisi energi bisa membuka lapangan pekerjaan dan mengentaskan kemiskinan.
“Dengan adanya transisi energi diharapkan, lapangan pekerjaan tercipta, tidak ada pihak yang tertinggal, sehingga kemiskinan dapat teratasi,” tutupnya.