Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Sri Mulyani: APBN Jadi Andalan di Tengah Ancaman

Sri Mulyani mengatakan, APBN, ekonomi dan masyarakat perlu dijaga. Tiga tugas yang sangat kompleks tersebut katanya, harus dilakukan pada 2022 ini.
Ni Luh Anggela
Ni Luh Anggela - Bisnis.com 28 Maret 2022  |  18:43 WIB
Sri Mulyani: APBN Jadi Andalan di Tengah Ancaman
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat - POOL

Bisnis.com, JAKARTA - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi andalan di tengah ancaman, lantaran APBN telah bekerja keras dalam menghadapi pandemi dengan melakukan berbagai langkah-langkah extraordinary dan menciptakan pemulihan ekonomi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan, APBN sebagai instrumen harus kembali dijaga kesehatannya.

"APBN menjadi instrumen yang mengalami tekanan dari berbagai hal. Dari komoditas, cost of fund karena normalisasi kebijakan moneter, dan pada saat yang sama APBN tetap harus menjalankan tugas menjaga pemulihan ekonomi, menjaga kesehatan masyarakat, menyelamatkan daya beli masyarakat, dan juga APBN sendiri harus bisa disehatkan kembali," ujarnya dalam konferensi pers APBN KIta, Senin (28/3/2022).

APBN selalu diandalkan menjadi shock absorber. Berbagai gejolak, imbuhnya, akan terus terjadi dan APBN selalu menjadi instrumen utama yang diandalkan.

Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan, APBN, ekonomi dan masyarakat perlu dijaga. Tiga tugas yang sangat kompleks tersebut katanya, harus dilakukan pada 2022 ini.

Saat ini, risiko yang tengah diwaspadai oleh Indonesia adalah gejolak geopolitik yang terjadi di Ukraina akibat invasi Rusia. Konflik kedua negara ini berdampak kepada harga komoditas di pasar global yang turut membebani inflasi di berbagai negara di dunia, termasuk negara berkembang. 

"Ini mendorong inflasi di negara maju terutama di Eropa dan Amerika Serikat yang mengalami kenaikan harga sangat tinggi sehingga kemudian menimbulkan respons kebijakan pengetatan yang cukup drastis," katanya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

apbn sri mulyani
Editor : Hadijah Alaydrus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top