Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong masyarakat, terutama kalangan pelaku Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi (UKMK) untuk terus mengembangkan beragam kreasi dan inovasi produk olahan sawit lainnya seperti Virgin Red Palm Oil (VRPO), mie instan, rendang sawit demi meningkatkan nilai jual sawit.
Putu Juli Ardika, Direktur Industri Agro Kementerian Perindustrian RI mengatakan Indonesia telah menempati posisi negara produsen sawit terbesar di dunia sehingga harus memanfaatkan komoditas tersebut sebagai bahan baku makanan seperti minyak goreng sawit, creamer, shortening, dan cocoa butter.
“Sawit bisa membuat kuliner dan makanan Indonesia semakin beragam. Kuliner Indonesia telah menjadi bagian kearifan lokal dalam memilih, memilah, dan mencampur makanan,” ujar Putu Juli dalam dialog virtual tentang tren bisnis pangan dan kuliner berbasis sawit, Jumat (25/3/2022)
Lebih jauh, Putu Juli menjelaskan kandungan nutrisi minyak sawit sangat mendukung pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Kandungan tokotrienol dan vitamin E serta antioksidan memberikan manfaat positif bagi masyarakat yang bisa mengurangi resiko penyakit demensia dan stroke.
“Pengalaman saya sewaktu ke Belgia, produsen coklat setempat mengakui dapat menghasilkan coklat enak karena adanya sawit. Kita beruntung memiliki sawit karena mendukung adanya pembuatan makanan yang baik, sehat dan enak,” ujar Putu.
Dalam diskusi yang sama, Achmad Maulizal Sutawijaya, Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), menjelaskan sesuai amanat Perpres No. 61/2015 jo.Perpres No.66/2018 lembaganya ditugaskan untuk mengembangkan sawit berkelanjutan, termasuk penyaluran dana sawit secara profesional dan akuntabel.
Baca Juga
“Kelapa sawit menjadi pendorong sektor ekonomi Indonesia. Secara data, kelapa sawit naik harganya 42,4% year on year. Rata-rata nilai ekspor sawit 21 miliar dolar AS setiap tahun dan penerimaan negara mencapai Rp14-20 triliun setiap tahun. Ini memperlihatkan betapa signifikannya kontribusi sawit untuk negara,” ujarnya.
Sementara itu, Darmono Taniwiryono, Direktur PT Nutri Palma Nabati menjelaskan saat ini pihaknya memproduksi minyak sawit sehat, yaitu lemak sawit (sehat) yang di dalamnya terlarut betakaroten dan Vitamin E dalam konsentrasi yang tinggi serta Co-Q10, likopen, DAG, MAG, dan ALB, rendah Omega 6.
“Ini tidak mengandung kolesterol, transfat, 3-MCPD dan GE. Sewaktu berkunjung ke Afrika, saya melihat masyarakat setempat mengonsumsi minyak sawit merah yang tidak melalui proses rafinasi dan deodorisasi. Dari situ saya lihat, orang Afrika jarang menggunakan kacamata,” ujar Darmono.
Menurut Darmono, kandungan vitamin E di dalam minyak sawit dalam bentuk tocotrienol. Sejatinya lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lain dan potensi antioksidannya jauh lebih tinggi bahkan kekuatan tokotrienol minyak sawit 16 kali lebih tinggi daripada tokoferol.
Darmono mengatakan lemak jenuh di dalam minyak sawit sangatlah bagus bagi tubuh manusia. Secara tidak sadar, masyarakat mengonsumsi virgin coconut oil yang kadar lemak jenuhnya mencapai 90% dan sejak bayi mengonsumsi itu dari dalam Air Susu Ibu (ASI) yang kadar lemak jenuhnya mencapai 37%.
Angga Rizqiawan, peneliti gizi dari Universitas Binawan, menjelaskan minyak sawit merah menekan potensi resiko penyakit kanker dan tumor karena memiliki kandungan karotenoid dan tokoferol serta komposisi asam lemak yang seimbang. Kombinasi itu dapat berperan sebagai antioksidan.
“Isu sawit sebagai penyebab kanker dan tumor dapat di-counter dengan berbagai riset yang dilakukan terutama minyak sawit merah. Selain itu, minyak sawit merah juga bisa membantu menanggulangi kekurangan vitamin A yang penting bagi tumbuh kembang anak,” jelasnya.