Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri ESDM Optimis Pemanfaatan Biofuel Berdampak Positif bagi Lingkungan dan Ekonomi

Pemanfaatan biofuel dapat, menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca, memberi nilai tambah bagi industri pertanian mengurangi bahan bakar impor, dan menghemat devisa negara
Menteri ESDM Arifin Tasrif./Istimewa
Menteri ESDM Arifin Tasrif./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian ESDM berambisi mewujudkan target bauran energi nasional melalui utilisasi energi baru terbarukan (EBT), agar mencapai target sebesar 23 persen dari keseluruhan energi pada tahun 2025. Pada tahun 2021, utilsasi EBT mencapai 11.7 persen dari total bauran energi nasional dan biofuel berkontribusi sebesar 35 persen.

Sebagai catatan, program pengembangan biofuel di Indonesia berhasil meraih pencapaian penting pada tahun 2006 dengan menerapkan 2,5 persen blending ke solar. Hal ini dilatarbelakangi oleh melonjaknya harga minyak akibat menipisnya pasokan minyak dunia.

Di sisi lain, Indonesia memiliki cadangan minyak sawit yang melimpah. Sejak saat itu, tingkat pencampuran secara bertahap meningkat. Implementasi Biodiesel telah berjalan dengan sukses dan menjadikan Indonesia sebagai pionir dalam pemanfaatan biodiesel, dengan implementasi B30 pada tahun 2020.

Adapun, nilai ekonomi dari implementasi B30 pada tahun 2021 mencapai lebih dari US$ 4 miliar dan berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 25 juta CO2e. Penerapan mandatori biofuel yang melibatkan banyak stakeholder bukan tanpa tantangan. Sehingga pelaksanaannya, harus memenuhi 3 kriteria utama, layak secara teknis, dapat diandalkan secara ekonomi, dan dapat diterima secara politik serta komitmen dari semua pihak.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif menyatakan pihaknya akan terus berkomitmen untuk melaksanakan implementasi biofuel. "Dan kami tidak akan berhenti di B30, karena kami berencana untuk meningkatkan tingkat pencampuran lebih tinggi lagi dengan menerapkan bahan bakar hijau. Kajian komprehensif sedang dilakukan, antara lain menyiapkan kajian tekno-ekonomi, kerangka regulasi, fasilitas insentif, infrastruktur, penetapan standar kualitas produk, serta pengembangan industri pendukung," urai Arifin dalam acara 3rd Palm Oil Biodiesel Conference, yang merupakan rangkaian acara ETWG (Energy Transition Working Group) G20, Kamis (24/03/2022).

Sebelumnya, pemerintah dan pemangku kepentingan terkait telah berhasil melakukan uji terbang menggunakan bioavtur 2,4 persen, untuk mendukung awareness untuk menurunkan emisi di sektor penerbangan internasional yang dikeluarkan The International Civil Aviation Organization (ICAO) dan UNFCC. Keberhasilan itu menambah kepercayaan Indonesia untuk mendorong komersialisasi bioavtur.

Menteri ESDM menambahkan, pengembangan biofuel di Indonesia akan selalu mempertimbangkan aspek keberlanjutan.

"Untuk pengembangan biofuel ke depan, kami akan menerapkan indikator keberlanjutan, yang terdiri dari indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tahun ini, kami akan memulai implementasi indikator keberlanjutan biodiesel secara sukarela di sisi hilir. Dalam waktu dekat, kami berharap itu akan diterapkan secara wajib baik di sisi hulu maupun hilir," papar Arifin.

Arifin menambahkan, biofuel sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil yang dapat diandalkan berperan strategis karena memiliki pengaruh positif dalam berbagai aspek. Biofuel yang dihasilkan dari sumber terbarukan, memberikan nilai tambah melalui hilirisasi industri pertanian dalam negeri, menstabilkan harga CPO dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil, menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar fosil, mengurangi bahan bakar impor dan menghemat devisa negara dan neraca perdagangan, menyediakan kesempatan kerja, serta untuk menjaga ketahanan energi nasional.

Arifin menegaskan, utilisasi biofuel memiliki nilai keekonomian yang baik. Lebih lanjut, sambung Arifin, produksi biofuel tidak boleh berbenturan dengan pangan.

"Kami percaya bahwa kebutuhan biofuel berbasis kelapa sawit sangat besar, pasarnya sangat besar, dan akan terus berkembang. Namun demikian, pembangunan tersebut tidak boleh berbenturan dengan pangan, pakan, dan pupuk, serta menghindari pembukaan lahan secara besar-besaran yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan cara-cara baru dan inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi, menghasilkan bahan bakar yang berkualitas dengan harga terjangkau, meningkatkan daya dukung lingkungan, dan lebih mensejahterakan petani," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper