Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu daya tarik saham GoTo dalam penawaran saham publik perdana (Initial Public Offering/IPO adalah ekosistem, serta model dan prospek bisnis ke depan
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan salah satu daya tarik GoTo adalah ekosistem, serta model dan prospek bisnis ke depan.
Menurutnya, jangkauan GoTo ini sangat luas karena di dalamnya terdapat Gojek, Tokopedia, dan GoPay. Dengan model bisnis yang dibangun itu, GoTo bakal menjadi salah satu perusahaan dengan kapitalisasi besar pasca IPO nanti.
Dengan asumsi penawaran harga di kisaran Rp316-346 per saham, kapitalisasi saham GOTO akan mencapai sekitar Rp376,6 triliun (US$26,2 miliar) - Rp413,7 triliun (US$28,8 miliar) saat listing di BEI nanti. Angka tersebut masuk empat besar saham dengan kapitalisasi yang tertinggi di BEI setelah BCA, BRI, dan Telkom.
“Untuk saat ini GOTO bukan saham yang dilihat profitabilitasnya, ini saham yang tipikal financial technology dan startup. Yang dikejar itu adalah user dan jumlah transaksi, investor melihat growth-nya dari itu,” kata Wawan, Selasa (22/3).
Namun, nilai kapitalisasi GoTo yang begitu besar bisa menjadi acuan bagi investor, terutama investor institusi, meskipun mereka akan lebih banyak pertimbangan.
Baca Juga
“Investor institusi mungkin tidak menggunakan analisa fundamental. Namun biar bagaimanapun mereka akan lebih banyak melakukan pertimbangan,” tuturnya.
Saat ini, GOTO merupakan satu-satunya Perusahaan di kawasan Asia Tenggara yang menawarkan layanan on-demand services, e-commerce dan financial technology services yang berskala besar dan terintegrasi di dalam satu ekosistem. Layanan Perusahaan menghubungkan lebih dari 55 juta Annual Transacting Users (ATU) dengan 14 juta pedagang terdaftar, dan 2,5 juta mitra pengemudi yang terdaftar per tanggal 30 September 2021.
Menurut Wawan, setiap investor tentu belajar dari investasinya di perusahaan sejenis di masa sebelumnya. Tapi emiten seperti GOTO memiliki model bisnis yang berbeda, karena sangat terintegrasi dengan jejaring yang sangat luas di dalam ekosistemnya.
Adapun penawaran umum perdana saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk(GOTO) terus memantik perbincangan para pelaku pasar. Sebagai calon emiten dan salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara, GOTO kelihatannya juga memahami kekhawatiran investor terhadap proses sahamnya. Itu sebabnya sejumlah langkah dilakukan penguasa market share ride hiling dan e-commerce di Indonesia ini untuk meyakinkan para calon investornya.
Sejumlah strategi telah disiapkan GOTO untuk menjaga kinerja sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak terpuruk usai melantai 4 April nanti.
Cara pertama yang dilakukan GOTO adalah lock up period bagi pemegang saham lama dan pemilik hak suara multipel (SHSM). Sesuai dengan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 22/POJK.04/2021 tentang penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel atau multiple voting shares (MVS), para founder memiliki hak suara lebih banyak (voting rights) dari pemegang saham lainnya, meski jumlah sahamnya sama.
Adanya ketentuan ini membuat pemegang saham eksisting dilarang untuk menjual atau memindahtangankan saham GOTO miliknya. Periode waktunya antara 8 bulan sampai dengan 2 tahun, tergantung klasifikasi saham yang dimiliki.
Selain dimiliki oleh para pendirinya, seperti Andre Sulistyo, Kevin Aluwi, William Tanuwijaya, pemegang saham GOTO melibatkan sejumlah investor global dengan reputasi top. Sebut saja Taobao China Holding Limited Q dan SVF GT Subco (Singapore) Pte. Ltd. Sementara sejumlah konglomerasi lokal juga tercatat sebagai investor GoTo seperti Astra International dan Djarum.
Perlu diperhatikan periode lock-up ini tidak berlaku untuk investor yang baru berpartisipasi di masa penawaran awal saham perdana
Kedua, dalam IPO ini GOTO akan menjalankan skema greenshoe option dan hak suara multipel (HSM) atau multiple voting shares (MVS). Greenshoe merupakan mekanisme yang memberikan GOTO fleksibilitas untuk menunjuk broker sebagai agen stabilisasi saham selama periode 30 hari sejak saham listing di BEI. Melalui IPO ini GOTO akan mengalokasikan dana stabilisasi saham atau greenshoe sebesar US$160 juta atau sekitar Rp2,3 triliun (US$160 juta).
"Dalam 30 hari itu, agen stabilisasi bisa membeli saham GOTO di harga berapapun sampai maksimum harga IPO dalam 30 hari," kata Direktur Utama PT Indo Premier Sekuritas Moleonoto The, Moleonoto, pekan lalu.
Strategi ketiga GOTO dalam meredam kekhawatiran investor adalah penjualan saham perdana yang kurang dari 5 persen. Hal ini menjadi indikasi bahwa GoTo juga ingin membatasi likuiditas di pasar, sehingga ruang spekulasi terhadap harga sahamnya menjadi terbatas.
Dalam IPO saham ini, GOTO menawarkan sebanyak 48 miliar saham baru Seri A dengan kemungkinan ditingkatkan sampai sebanyak-banyaknya 52 miliar saham baru dan mewakili hingga 4,35 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah selesainya IPO (tidak termasuk saham tambahan dari opsi penjatahan lebih).