Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 mencapai US$1,7 miliar. Konflik Rusia dan Ukraina yang terjadi pada akhir bulan lalu akan turut memengaruhi catatan neraca perdagangan.
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual menilai bahwa harga komoditas masih menjadi faktor utama penggerak neraca perdagangan Februari 2022. Kenaikan harga komoditas terus berlanjut sejak akhir tahun lalu seiring dinamika global yang terjadi.
Menurut David, pengumuman ketentuan pemenuhan kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) mengerek harga crude palm oil (CPO), sehingga terdapat potensi keuntungan bagi Indonesia. Kondisi serupa terjadi di komoditas lainnya yang juga mengalami kenaikan harga.
"Bisa saja [proyeksi neraca dagang dari BBCA] underestimated, karena ini data Februari, memang peningkatan harga komoditas mulai dari pertengahan Februari karena eskalasi konflik di Ukraina," ujar David kepada Bisnis, Jumat (11/3/2022).
Menurutnya, konflik antara Rusia dan Ukraina yang terjadi sejak 24 Februari 2022 akan turut memengaruhi neraca dagang karena dampaknya terhadap harga komoditas. Namun, dampaknya pada kinerja Februari 2022 mungkin belum sesignifikan bulan ini.
"Harga meningkat, Maret nanti ini bukan main [pergerakan harga komoditas]," ujarnya.
Berikut proyeksi lengkap BBCA terkait neraca perdagangan Februari 2022:
Ekspor: 37,1 persen (year-on-year/YoY)
Impor: 44,9 persen (YoY)
Neraca dagang: US$1,7 miliar
BI Rate: 3,5 persen