Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Permata Tbk. (BNLI) memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 mencapai US$3,1 miliar atau mengalami pertumbuhan. Tingginya harga komoditas dan menggeliatnya ekonomi mendorong pertumbuhan neraca perdagangan itu.
Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan bahwa pada Februari 2022 nilai ekspor berpotensi melampaui impor sehingga surplus neraca perdagangan tetap akan terjadi. Laju pertumbuhan ekspor yang baik membuat surplus itu tumbuh dari bulan lalu.
"Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2022 diperkirakan tercatat surplus US$3,1 miliar, meningkat dari surplus di bulan Januari 2022 sebesar US$0,93 miliar," ujar Josua kepada Bisnis, Jumat (11/3/2022).
Menurutnya, laju kenaikan ekspor sangat dipengaruhi tingginya harga komoditas andalan Indonesia di pasar global, seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara. Kedua komoditas itu mencatatkan kenaikan di atas 10 persen, terutama setelah adanya konflik Rusia dan Ukraina.
Selain harga, terdapat pula kenaikan volume ekspor yang membuat kinerjanya cukup signifikan terhadap neraca perdagangan. Menurut Josua, kenaikan itu efek dari larangan ekspor batu bara yang sempat berlaku pada Januari 2022.
"Pertumbuhan ekspor diperkirakan sebesar 40,04 persen [year-on-year/YoY]," katanya.
Baca Juga
BNLI meyakini bahwa pertumbuhan impor masih akan positif pada Februari 2022. Kenaikan impor migas akibat tingginya harga minyak dunia hingga 11,47 persen pada bulan lalu mendorong kinerja impor secara keseluruhan.
Meskipun begitu, Josua menilai bahwa pertumbuhan impor itu cenderung terbatasi oleh penurunan laju aktivitas manufaktur Indonesia. Hal tersebut tercermin dari purchasing management's index (PMI) yang turun menjadi 51,2 dari sebelumnya 53,7.
"Pertumbuhan impor diperkirakan sebesar 37,32 persen [yoy]," ujar Josua.