Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Permata Tbk. (BNLI) menilai bahwa Indonesia akan mendorong suplai valuta asing atau valas di dalam negeri di tengah kenaikan impor komoditas. Namun, meskipun impor naik, surplus neraca perdagangan akan tetap terjaga dalam beberapa waktu ke depan.
Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai bahwa naiknya harga komoditas dapat memengaruhi sisi ekspor dan impor Indonesia. Tingginya harga crude palm oil (CPO) dan batu bara meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, tetapi kenaikan berbagai komoditas lain turut mengerek nilai impor.
Josua meyakini bahwa kinerja ekspor yang baik akan membuat neraca perdagangan surplus dalam beberapa waktu ke depan. Salah satu dampaknya, Indonesia akan mendorong valas di dalam negeri.
"Indonesia diperkirakan akan tetap mendorong supply valas di dalam negeri di tengah kenaikan impor migas, yang juga akan cenderung meningkat seiring kenaikan harga minyak mentah," ujar Josua kepada Bisnis, Jumat (11/3/2022).
Dia meyakini bahwa secara keseluruhan, supply-demand valas di dalam negeri masih tetap terkendali (manageable). Hal tersebut akan tetap mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.
Bank Permata (BNLI) memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 mencapai US$3,1 miliar. Josua memperkirakan bahwa pertumbuhan ekspor dapat mencapai 40,04 persen (year-on-year/YoY) dan pertumbuhan impor mencapai 37,32 persen (YoY).
"Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2022 diperkirakan tercatat surplus US$3,1 miliar, meningkat dari surplus di bulan Januari 2022 sebesar US$0,93 miliar," ujar Josua.