Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Booming Harga Komoditas, Ekonomi Indonesia Dapat Berkah

Dengan harga komoditas yang melambung tinggi, nilai ekspor dari CPO, batu bara dan nikel olahan diramal naik dua kali lipat, menjadi US$172 miliar.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bahana Sekuritas memperkirakan nilai ekspor komoditas Indonesia dapat meningkat dua kali lipat tahun ini, bila melihat adanya booming harga dari komoditas utama Tanah Air.

Menurut catatan Bahana, hanya dari batu bara, CPO dan nikel olahan (stainless steel) saja, nilai ekspor komoditas diperkirakan meningkat menjadi US$172 miliar atau setara dengan surplus perdagangan US$7 miliar tambahan setiap bulan.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan tim mengungkapkan harga nikel saat ini yang mencapai US$50.000 sehingga nilai ekspor tahunan stainless steel bisa lebih besar dari batu bara untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Menurut mereka, industri manufaktur nikel juga harusnya bisa berkontribusi lebih besar terhadap penerimaan pajak APBN, yang diterjemahkan ke dalam bentuk penerimaan fiskal yang lebih kuat ke depannya.

Selain itu, dia memandang ledakan ekspor dan pajak akan meredam risiko terkait kenaikan harga minyak yang membebani impor seperti pada 2021. Saat itu, impor minyak dan gas bulanan Indonesia rata-rata mencapai US$2,1 miliar.

Bahana Sekuritas menilai, Indonesia masih akan mencatat surplus perdagangan bulanan bahkan jika harga minyak naik tiga kali lipat.

"Perhitungan kasarnya di sini adalah Indonesia masih akan mencatat surplus perdagangan bulanan bahkan jika harga minyak naik tiga kali lipat menjadi US$210 per barel, berkat rejeki nomplok komoditas bulanan sebesar US$7 miliar dari CPO, nikel, dan batu bara," jelas Satria dan tim dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (10/3/2022).

Keuntungan dari ketiga komoditas ini pada akhirnya dapat memicu kondisi makro yang sangat bullish, menyiratkan daya beli yang lebih kuat, serta rupiah yang lebih tangguh dan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang stabil kedepan.

Bahana menambahkan, dibandingkan dengan ledakan komoditas 2011-2013 yang lalu, Indonesia kali ini memiliki volume dan nilai/harga ekspor komoditas yang lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper