Bisnis.com, JAKARTA - Melambungnya harga aluminium dan tembaga menambah faktor pendorong gulung tikarnya belasan pabrik kabel domestik. Sebelumnya Asosiasi Perusahaan Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) mencatat setidaknya 12 pabrikan terancam tutup karena sistem tender PLN yang menyebabkan persaingan tidak sehat.
Sebanyak 12 pabrik kabel tersebut hanya berbisnis dengan PLN saja dan tidak menyuplai untuk perusahaan swasta. Ketua Umum Apkabel Noval Jamalullail menegaskan bahwa melambungnya harga bahan baku menambah runyam kondisi industri yang sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada awal tahun ini.
Pada awal 2021, anggota Apkabel masih berjumlah 63 perusahaan. Namun, hingga awal tahun ini tercatat 9 pabrikan tutup sehingga menyisakan 54 anggota.
"Sudah ada indikasi beberapa pabrik akan tutup, sebelum ada [konflik] Rusia-Ukraina, khususnya pabrik yang bergerak di PLN," kata Noval kepada Bisnis, Kamis (10/3/2022).
Adapun, pabrikan di luar pemasok PLN juga harus berjibaku dengan permintaan yang tertahan kenaikan harga jual akibat melambungnya harga aluminium dan tembaga yang mencapai 40 persen.
Sementara itu, Apkabel sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian untuk perbaikan sistem pengadaan kabel, khususnya di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan adanya kenaikan harga komoditas yang tidak terkendali, lanjutnya, sistem tender menjadi lebih fleksibel, dimana kesepakatan harga disesuaikan dengan beban biaya operasional aktual perusahaan.
Baca Juga
Selain itu juga harus ada penyesuaian harga jika terjadi kenaikan harga bahan baku yang tinggi seperti saat ini.
"Bagaimana pemerintah bisa meminta atau menekan, kepada BUMN untuk membeli kabel dengan skema dan harga yang mengikuti pasar. Ya harus dibatalkan dahulu kontrak yang ada, baru dibuat pola pengadaan yang fleksibel," jelasnya.