Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi berharap kinerja ekspor minyak sawit mentah atau (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya dapat bergerak positif kendati pemerintah menaikkan besaran domestic market obligation atau DMO 30 persen yang berlaku efektif Kamis (10/3/2022) besok.
“Yang pasti saat ini harga CPO dunia sangat tinggi dan semoga Indonesia tidak kehilangan momentum dengan harga CPO yang tinggi tersebut,” kata Tofan, Rabu (9/3/2022).
Menurut Tofan, eksportir CPO dan produk turunannya tengah mempercepat proses administrasi pemenuhan DMO untuk selanjutnya dapat memperoleh persetujuan ekspor dari Kemendag.
“Sejauh ini tidak ada kendala apa-apa, hanya mungkin secara teknis perlu usaha lebih saja karena kan harus melaporkan pemenuhan kebutuhan domestik dulu,” tuturnya.
Kendati demikian, dia menegaskan, Gapki berkomitmen untuk mendukung program pemerintah untuk pemenuhan bahan baku minyak goreng dalam negeri lewat kebijakan DMO tersebut.
Berdasarkan data statistik Industri Minyak Sawit Indonesia 2022, total ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 2,17 juta ton pada Januari 2022 atau turun 11,7 persen jika dibandingkan dengan torehan Desember 2021 sebesar 2,46 juta ton.
Sementara itu, Gapki bersama asosiasi industri sawit lainnya memperkirakan ekspor CPO dan produk turunannya sepanjang Februari 2022 hanya menyentuh di angka 1,6 juta ton atau turun 26,26 persen secara bulanan.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memutuskan untuk menaikkan kembali besaran domestic market obligation atau DMO bahan baku minyak goreng menjadi 30 persen mulai Kamis (10/3/2022) besok. Langkah itu diambil setelah harga minyak goreng dalam negeri tetap tertahan tinggi kendati intervensi pemerintah sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu.
“DMO ini akan kami naikkan dari 20 persen hari ini menjadi 30 persen untuk besok pagi untuk memastikan adanya stok yang cukup untuk kebutuhan dalam negeri,” kata Lutfi saat konferensi pers daring, Rabu (9/3/2022).
Lutfi menerangkan kebijakan ini mesti diambil kendati adanya permintaan yang besar terhadap minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dalam negeri dari pasar internasional. Dia mengatakan dirinya tidak ingin ambil pusing ihwal potensi kenaikan harga minyak nabati dunia akibat pembatasan ekspor CPO lewat kenaikan besaran DMO tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), total ekspor CPO dan turunannya sudah mencapai 2.771.294 ton selama 14 Februari hingga 8 Maret 2022. Sementara porsi DMO untuk kebutuhan industri dalam negeri mencapai 573.890 ton.
Adapun Kemendag sudah menerbitkan 126 persetujuan ekspor kepada 54 eksportir setelah implementasi kebijakan DMO itu sejak 14 Februari lalu. Alokasi DMO itu meliputi RDB Palm Olein sebanyak 463.886 ton dan CPO mencapai 110.004 ton.
Kemendag melaporkan minyak goreng curah dan kemasan hasil DMO itu sudah tersalurkan sebanyak 415.787 ke pasar hingga Selasa (8/3/2022). Artinya, distribusi minyak goreng murah hasil DMO itu sudah melebihi perkiraan kebutuhan konsumsi satu bulan yang mencapai 327.321 ton.