Bisnis.com, JAKARTA — Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan menuturkan harga minyak goreng curah masih tertahan tinggi di angka rata-rata nasional Rp17.100 per liter.
Harga itu relatif terpaut lebar dari harga eceran tertinggi atau HET yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk minyak goreng curah sebesar 11.500 per liter.
“Di beberapa pasar masih di angka Rp17.000, Rp18.000 bahkan sampai Rp20.000, tentu ada kendala apakah ada di hulu atau memang ada di distribusi,” kata Reynaldi melalui pesan suara, Senin (7/3/2022).
Hanya saja, lanjut Reynaldi, intervensi pemerintah lewat sejumlah manuver kebijakan tidak kunjung menekan gejolak harga di pasar sejak awal tahun ini.
“Harus ada intervensi yang serius dari pemerintah kalau masalahnya ada di distribusi mengingat ini sudah empat bulan lebih ini tidak ada penyelesaian,” tuturnya.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per Senin (7/3/2022), harga minyak goreng curah berada di posisi Rp17.100 per liter atau naik 1,18 persen dari harga pada 4 Maret 2022 sebesar Rp16.900.
Malahan, di sejumlah daerah harga minyak goreng curah sudah melampaui rata-rata nasional. Misalnya, harga minyak goreng curah di DKI Jakarta dan Maluku Utara yang masing-masing sebesar Rp19.150 dan Rp24.500 per liter.
Adapun, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan FAO Food Price Index (FFPI) pada Februari 2022 menyentuh angka 140,7 atau naik 3,9 persen dari torehan Januari dan lebih tinggi 20,7 persen secara tahunan (year-on-year). Laporan itu sekaligus menunjukkan rekor indeks harga pangan dunia sejak Februari 2011.
Kenaikan indeks harga pangan dunia turut didorong pergerakan harga minyak nabati dan susu. Selain itu, harga sereal dan daging juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Sementara itu, indeks harga minyak nabati pada Februari menyentuh angka 201,7 atau naik 8,5 persen secara bulanan. Torehan itu sekaligus menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Reli harga minyak nabati itu didorong kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO), kedelai, dan biji bunga matahari.
“Pada Februari, harga CPO dunia mengalami kenaikan dua bulan terakhir akibat permintaan yang tinggi sementara adanya penurunan ekspor dari Indonesia. Sementara harga kedelai dunia juga meningkat seiring dengan memburuknya prospek produksi di Amerika Selatan,” tulis FAO dalam laporannya yang dirilis, Jumat (4/3/2022).
Di sisi lain, harga minyak biji bunga matahari juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena adanya disrupsi pasokan di kawasan Laut Hitam yang menyebabkan turunnya volume ekspor.