Bisnis.com, JAKARTA — Pakar Agribisnis dari IPB University Bayu Krisnamurthi menilai kenaikan harga produk makanan dan minuman olahan dari gandum di tingkat konsumen mesti dilakukan secara bertahap. Langkah itu perlu dilakukan secara teliti untuk dapat menyesuaikan dengan daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.
“Jadi, sebaiknya dilakukan penyesuaian harga produk-produk berbasis gandum di dalam negeri. Kenaikan secara bertahap dalam skala kecil lebih dapat diterima masyarakat dari pada kenaikan harga seketika dalam jumlah besar,” kata Bayu melalui pesan WhatsApp, Minggu (6/3/2022).
Ihwal kenaikan harga produk makanan dan minuman itu, Bayu mengatakan, manuver tersebut memang tidak dapat dihindari oleh pelaku usaha di tengah reli kenaikan harga bahan baku di pasar dunia.
Bayu mengatakan selain krisis akibat perang Rusia-Ukraina, gejolak harga gandum belakangan ini juga didorong oleh pasokan dari sejumlah negara produsen lainnya yang terbatas akibat masalah iklim.
“Negara-negara produsen gandum besar lainnya juga tidak terlalu baik pasokannya, baik karena masalah iklim maupun masalah terganggunya rantai pasok,” kata dia.
Sebelumnya, Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memastikan pasokan gandum untuk kebutuhan industri dan konsumsi dalam negeri bakal tetap terjaga di tengah sentimen perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut.
Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan pengusaha tengah berkomunikasi dengan mitra produsen gandum selain Ukraina dan Rusia untuk memastikan pasokan di dalam negeri aman.
“Soal terhambatnya pasokan dari Ukraina saya kira kita tidak perlu khawatir karena stok dari produsen lain masih banyak,” kata Ratna melalui sambungan telepon, Minggu (6/3/2022).
Sementara itu, International Grains Council (IGC) Market Indicator melaporkan harga gandum di pasar dunia sudah mencapai US$335 per ton pada Maret 2022 atau mengalami kenaikan sebesar 46 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu di angka US$229 per ton.
Pada awal tahun ini, IGC Market Indicator melaporkan perang Rusia-Ukraina yang belakangan menimbulkan ketegangan di Laut Hitam turut menjadi faktor kenaikan harga gandum di pasar dunia. Ketegangan di Laut Hitam itu mengungkit sub-indeks gandum sebesar 12 persen w/w hampir mendekati puncaknya selama 14 tahun terakhir.