Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Khusus Jakarta (PHRI Jakarta) mengungkap saat ini banyak pengusaha yang terpaksa menjual hotel lantaran kesulitan dalam menjalankan bisnisnya.
Ketua Umum BPD PHRI Jakarta Sutrisno Iwantono menyampaikan, hotel-hotel yang dijual itu sangat mudah ditemukan, utamanya di platform aplikasi jual beli online, seperti OLX.
“Kalau kita lihat angka-angka di OLX atau di aplikasi lain, itu yang jualan hotel itu sudah sangat banyak sekali. Kalau hotel itu dijual kan artinya mereka kesulitan untuk mengelola,” kata Sutrisno dalam konferensi pers secara daring, Senin (26/5/2025).
Kendati begitu, dia belum bisa memaparkan lebih jauh mengenai fenomena ini. Pasalnya, sejauh ini PHRI Jakarta belum menerima laporan resmi dari pelaku usaha yang menutup usahanya di Jakarta.
“Kalau yang menutup, yang melapor sih belum ada ya,” ujarnya.
Sutrisno menuturkan, saat ini kondisi industri hotel dan restoran di Jakarta sangat memprihatinkan. Merujuk hasil survei terbaru yang dilakukan BPD PHRI DK Jakarta pada April 2025 terhadap anggotanya, ditemukan bahwa 96,7% hotel melaporkan terjadinya penurunan tingkat hunian yang berujung pada anjloknya pendapatan.
Baca Juga
Sebanyak 66,7% responden menyebut penurunan tertinggi berasal dari segmen pasar pemerintahan, seiring adanya kebijakan penghematan anggaran pemerintah tahun 2025.
Tidak berhenti di situ, Sutrisno mengungkap bahwa naiknya sejumlah biaya operasional kian membebani para pengusaha di industri ini.
Dia mengatakan, tarif air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) meningkat hingga 71%, sedangkan harga gas melonjak 20%. Pengusaha juga terbebani dengan adanya kenaikan tahunan upah minimum provinsi (UMP) yang tercatat meningkat hingga 9% tahun ini.
Pihaknya juga dihadapkan dengan tantangan administratif berupa regulasi dan sertifikasi yang dinilai rumit dan memberatkan. Banyaknya jenis izin yang harus dipenuhi, seperti izin lingkungan, sertifikat laik fungsi, hingga perizinan minuman beralkohol.
Selain itu, proses birokrasi yang panjang, duplikasi dokumen antar instansi, serta biaya yang tidak transparan dinilai menghambat kelangsungan usaha.
Di tengah situasi ini, anggota PHRI DK Jakarta mulai mengambil langkah-langkah antisipatif. Masih dalam surveinya, Sutrisno mengungkap bahwa sebanyak 70% responden menyatakan akan mengurangi jumlah karyawannya.
“Responden memperkirakan akan melakukan pengurangan karyawan sebanyak 10%-30% [dari masing-masing hotel]. Selain itu, 90% responden melakukan pengurangan daily worker dan 36,7% responden akan melakukan pengurangan staf,” pungkasnya.