Bisnis.com, JAKARTA — PT Nanotech Global Indonesia Tbk. optimistis permintaan pasar di bidang alat kesehatan, farmasi, dan obat herbal serta kecantikan terus meningkat.
“Pada masa pandemi Covid-19, permintaan terhadap produk-produk untuk meningkatkan imunitas dan pencegahan penyakit meningkat relatif tinggi, salah satunya permintaan terhadap produk Propolis,” ujar Komisaris Utama PT Nanotech Indonesia Global Tbk. (NANO) Nurul Taufiqu Rochman melalui keterangan tertulis, Jumat (4/3/2022).
Saat ini, dari lima strategic business unit (SBU) milik perseroan salah satunya adalah di bidang kesehatan, kosmetik, dan farmasi termasuk untuk pengembangan produk dan teknologi.
Selain itu, Nanotech memiliki satu anak usaha, PT Nano Herbaltama Internasional (NHI) yang berdiri sejak 2019. NHI memiliki sebuah pabrik yang mempunyai fasilitas cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
“Omzet Propolis cukup tinggi, potensinya bisa mencapai Rp20 miliar per tahun, sedangkan metode produksi berbasis riset Nanoteknologi tersebut berpotensi untuk dipatenkan yang akan berlaku selama 20 tahun,” kata Nurul.
Seperti dikutip melalui prospektus perseroan, pendapatan neto Nanotech pada 2020 melonjak tiga kali lipat lebih, yakni dari Rp4,70 miliar pada 2019 menjadi Rp16,04 miliar. Sementara itu, hingga 30 Juni 2021, perseroan mengantongi pendapatan neto Rp13,85 miliar.
Baca Juga
Dari total pendapatan per 30 Juni 2021, kontribusi produk Propolis tercatat sebesar Rp5,09 miliar atau setara 37% dari total pendapatan neto.
Oleh karena itu, tutur Nurul, perseroan masih terus tumbuh dengan mengembangkan berbagai teknologi (termasuk alat kesehatan) yang diperlukan pada masa pandemi Covid-19 saat ini.
“Pada masa mendatang, permintaan di sektor kesehatan, farmasi, dan kecantikan akan terus meningkat sejalan dengan kebangkitan perekonomian Indonesia menyongsong negara maju,” kata Nurul.
Direktur Utama Nanotech Suryandaru menjelaskan bahwa jika melihat potensi pasar yang cukup besar, pihaknya terus meningkatkan kapasitas. Terkait dengan hal itu, guna menambah dana pengembangan usaha, NIG berencana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Maret 2022.
“Dana yang terhimpun untuk meningkatkan kinerja perseroan, termasuk untuk lini usaha farmasi dan obat herbal,” ujar Suryandaru.
Seperti dikutip melalui prospektus perseroan, sebesar Rp16,70 miliar dana dari hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) berupa pembelian mesin dan perlengkapan terkait jasa layanan teknologi kesehatan, kosmetik, dan farmasi dalam rangka mendukung pengembangan dan perluasan usaha SBU Kesehatan, Kosmetik, dan Farmasi termasuk untuk pengembangan produk dan teknologi.
Nanotech berencana melantai di BEI dengan mekanisme penawaran umum perdana saham IPO. Perseroan akan melepas 1.285.000.000 saham atau setara dengan sekitar 29,99%, sedangkan harga penawaran Rp 100 per saham. Perusahaan diperkirakan mengantongi dana IPO sekitar Rp 128,5 miliar.