Bisnis.com, JAKARTA – Meski kenaikan harga bahan baku tak berimbas ke turunnya produksi plastik, kondisi tersebut justru mengerek harga jual di tingkat konsumen.
Direktur Utama Sinergi Inti Plastindo Eric Budisetio Kurniawan mengatakan permintaan tetap membaik di tengah pemulihan ekonomi dan momentum jelang Lebaran.
"Harga minyak naik, harga komoditas naik, harga plastik kemasan pun mengikuti kenaikannya. Harga jual barang jadinya tinggi, tidak ada imbas bagi pabrik," katanya saat dihubungi, Jumat (4/3/2022).
Eric mengatakan kenaikan harga bahan baku berbasis polymer plastik per Maret 2022 sudah mencapai 8 persen. Sementara itu, harga minyak mentah west texas intermediate (WTI) berjangka mencapai US$109,68 per barel.
Invasi Rusia ke Ukraina menjadi bahan bakar baru kenaikan harga komoditas dunia dan menjadi ancaman bagi rantai pasok global. Eric mengakui bahwa situasi ini menambah ketidakpastian baru di tengah Covid-19 yang belum sepenuhnya mereda.
Namun demikian, pasar di dalam negeri telah menunjukkan geliat pemulihan dengan perbaikan permintaan. Terutama jelang momentum Lebaran, Eric optimistis kondisi permintaan sepanjang tahun ini akan jauh lebih baik dibandingkan 2021.
"Pemulihan ekonomi alias masyarakat mobilitas mulai aktif. Kebutuhan selalu ada. Baik untuk kemasan makanan ataupun kemasan delivery," katanya.
Tahun ini, Sinergi Inti Plastindo membidik kenaikan volume produksi hingga 30 persen menjadi 4.940 ton dari rata-rata volume tahunan 3.800 ton. Proyeksi pertumbuhan itu didorong rencana ekspansi perseroan pada produk kemasan kotak makan berbasis kertas.
Sementara itu, target pendapatan dipatok sebesar Rp80 miliar pada tahun ini, naik 33,33 persen dari proyeksi realisasi 2021 sebesar Rp60 miliar.