Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pesta Pora! Batu Bara Cetak Sejarah Tertinggi US$400 per Ton

Harga batu bara kontrak Maret di ICE Newcastle melonjak US$87 per metrik ton dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya yakni US$313 per metrik ton.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara mencapai titik tertinggi dalam sejarah mencapai US$400 per metrik ton pada perdagangan Rabu (2/3/2022). Penguatan ini terjadi seiring konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.

Bursa ICE Newcastle mencatat komoditas tersebut diperdagangkan hingga US$400 per metrik ton untuk kontrak Maret. Angka ini menguat US$87 per metrik ton dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya yakni US$313 per metrik ton.

Penguatan paling tinggi terjadi pada kontrak April dengan kenaikan US$109,55 per metrik ton menjadi US$415 per metrik ton. Harga ini melonjak hingga 35,87 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.

Kemudian untuk kontrak Mei masih terkerek hingga 102,60 poin dibandingkan satu hari sebelumnya menjadi US$392 per metrik ton. Dalam kontrak perdagangan batu bara, perdagangan dalam tiga bulan ini menyentuh harga tertinggi dalam sejarah transaksi batu bara.

Tradingeconomics menerangkan kenaikan tertinggi ini tercatat setelah serangkaian sanksi diberikan kepada Rusia akibat invasinya ke Ukraina. Rusia merupakan produsen gas terbesar kedua di dunia. Pemberian sanksi ini menimbulkan ketidakpastian dalam penyediaan pasokan gas.

Sejalan dengan itu, sejumlah negara Eropa mulai mengambil ancang-ancang untuk kembali menggunakan batu bara sebagai sumber energi. Jerman misalnya, siap memperbesar pasokan batu bara untuk menopang operasi pembangkit listrik.

Selain itu, Italia telah mengumumkan untuk mengaktifkan kembali pembangkit listrik batu bara yang telah ditutup. Di sisi lain, pasar Asia juga berebut mendapatkan pasokan batu bara setelah harga gas semakin tidak terkendali.

“Gangguan pasokan energi Rusia mendorong minyak melonjak hingga di atas US$100 per barel, sementara gas alam di Eropa melonjak hampir 30 persen menjadi di atas €125 per megawatt-jam,” tulis laporan tersebut.

Peningkatan harga ini berpotensi meningkatkan devisa negara dari sektor batu bara. Pada 2021, pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari subsektor mineral dan batu bara menyentuh Rp75,15 triliun atau mencapai 192,20 persen dari target. Tahun ini, Kementerian ESDM membidik PNBP sebesar Rp42,36 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper