Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan bahwa Italia dan Uni Eropa harus mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terhentinya suplai gas alam pasca invasi Rusia ke Ukraina.
“Italia [dan Uni Eropa] harus mendiversifikasi sumber energinya untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas Rusia,” tegas Draghi, dilansir dari Bloomberg, Rabu (02/03/2022).
Meskipun belum ada pertanda akan terganggunya aliran gas dari Rusia, Italia telah menyusun rencana untuk memitigasi berbagai dampak yang mungkin ditimbulkan.
Draghi mengatakan pihaknya dan berbagai negara Uni Eropa akan menanggung risiko berhentinya pasokan gas yang dipicu adanya sanksi terhadap Rusia, atau Rusia dapat menghentikan pengiriman sebagai pembalasan atas sanksi yang ditimpakan kepadanya.
“Italia ingin meningkatkan impor gas dari negara-negara seperti Azerbaijan dan Aljazair,” ujar Draghi kepada anggota parlemen di Roma.
Ketika waktunya sudah tepat, ia juga ingin menggandakan kapasitas Pipa Trans Adriatik di Laut Adriatik, untuk meningkatkan kapasitas impor untuk gas alam cair. Ia menambahkan, Italia juga akan mendorong penggunaan energi terbarukan.
Baca Juga
Untuk menutup kekurangan gas, Uni Eropa telah berbicara dengan eksportir di seluruh dunia untuk mengukur kemampuan mereka mengirim lebih banyak pasokan.
Azerbaijan mulai mengirim gas ke Eropa pada akhir tahun 2020, telah mengatakan akan mempertimbangkan "proposal yang bagus tersebut," tetapi mungkin hanya untuk kuantitas yang "tidak signifikan" yang tersedia untuk dijual di pasar spot, karena sebagian besar volume diberikan kepada pelanggan dengan kontrak jangka panjang yang ditandatangani bertahun-tahun yang lalu.
“Aljazair siap untuk meningkatkan pasokan gas ke Italia,” ujar Menteri Luar Negeri Luigi Di Maio setelah mengunjungi negara itu dengan CEO Eni SpA, Claudio Descalzi.
Spanyol juga mengatakan bahwa pemerintah Aljazair telah memberikan jaminan bahwa jika Spanyol atau negara Uni Eropa lain memerlukan pasokan gas, Aljazair akan siap menyediakannya.