Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada perekonomian di provinsi Bali.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, ekonomi Bali mengalami tekanan negatif dari pandemi Covid-19, dimana sepanjang tahun 2021 masih -2,5 persen.
Sebagai upaya strategis untuk mewujudkan transformasi ekonomi Bali, pemerintah melalui Kementerian PPN/Bappenas meluncurkan Peta Jalan Transformasi Bali pada Desember 2021.
"Mengapa kami menyusun ini lebih dulu dibandingkan Transformasi Ekonomi Indonesia, karena ada urgensi tinggi untuk segera menata ekonomi Bali," kata Amalia dalam diskusi Transformasi Ekonomi untuk Penguatan dan Pemulihan Bersama yang diadakan secara daring, Kamis (24/2/2022).
Peta Jalan yang diberi judul Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh, dan Sejahtera ini memiliki enam strategi besar yaitu Bali Pintar dan Sehat, Bali Produktif, Bali Hijau, Bali Terintegrasi, Bali Smart Island, dan Bali Kondusif.
Untuk strategi Bali Smart Island, Bali diharapkan dapat menjadi 0 persen blank spot, dengan mendorong konektivitas digital di pulau Bali, sehingga tidak ada blank spot dan bisa menarik digital nomad untuk tinggal dan beraktivitas di Bali.
Baca Juga
Amalia juga menyampaikan bahwa UMKM di Bali akan didorong untuk bisa melakukan atau memanfaatkan teknologi digital secara massif untuk memasarkan produknya, baik di pasar domestik maupun juga ekspor.
"Bali lekat dengan produk ekonomi kreatif, namun selama ini produk itu terlalu lekat dengan wisatawan dan turis yang hadir sehingga begitu turis dan wisatawan yang hadir menurun, penjualan produk-produk UMKM Bali turut menurun. Padahal, produk-produk kreatif Bali bisa dipasarkan melalui teknologi digital," paparnya.
Kendati demikian, Bali harus lebih kondusif, agar semua strategi transformasi ekonomi Bali dapat dilaksanakan.