Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu lembaga pemeringkat dunia, Moody’s Investors Service menyampaikan emiten di Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC) memiliki eksposur langsung terbatas ke entitas Rusia atau Ukraina. Oleh karena itu, pihaknya tidak mengantisipasi akan adanya dampak peringkat langsung dari situasi di Ukraina.
Meskipun demikian, Managing Director Moody’s Investors Service, Michael Taylor menyampaikan, emiten di APAC mungkin tidak kebal terhadap efek putaran kedua dari suatu konflik.
"Di antara saluran transmisi yang mungkin adalah harga komoditas, efek perdagangan dan gangguan pasar keuangan," kata Michael dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/2/2022).
Dia memperkirakan, harga global minyak dan gas alam cair (LNG) kemungkinan akan meningkat tajam jika terjadi konflik, yang akan positif bagi eksportir yang relatif sedikit di kawasan Asia Pasifik dan negatif untuk jumlah importir energi bersih yang jauh lebih besar.
Meskipun begitu, kabar baiknya adalah beberapa negara Asia memiliki kontrak pasokan jangka panjang untuk LNG yang akan membatasi dampak fluktuasi spot price atau cash price (harga tunai).
Sementara itu, efek perdagangan kemungkinan akan muncul dari pengalihan dan diversifikasi impor, meskipun mungkin ada peluang bagi produsen komoditas di Asia Tengah untuk meningkatkan pasokan ke China.
Menurutnya, supply chain juga akan diperparah, menambah tekanan inflasi di wilayah tersebut.
Efek pasar keuangan diperkirakan akan memiliki dampak jangka pendek terbesar, misalnya, jika konflik menimbulkan penghindaran risiko yang meluas, kondisi pendanaan untuk emiten dengan imbal hasil tinggi, beberapa di antaranya sudah mengalami kendala akses keuangan karena faktor lain, akan semakin memburuk.
"Developer properti China akan secara khusus terkena risiko ini mengingat jatuh tempo utang luar negeri mereka yang besar di masa depan, meskipun kemungkinan akan berlaku sampai tingkat tertentu untuk sebagian besar emiten dengan hasil tinggi di wilayah tersebut," ungkapnya.