Bisnis.com, JAKARTA - Bank of Russia menyatakan langkah darurat pertamanya sebagai upaya untuk menstabilkan pasar keuangan setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan menyerang Ukraina.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (24/2/2022), bank sentral akan melakukan intervensi pada pasar valuta asing untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir.
Bank sentral juga akan mengekspansi daftar Lombard yang mencakup efek yang siap diterima oleh regulator sebagai agunan, kata bak sentral.
Pembuat kebijakan moneter tidak menyebutkan kenaikan suku bunga acuan, tetapi akan memberikan tambahan likuiditas kepada perbankan dengan menawarkan 1 triliun rubel (US$11,5 miliar).
Pada Kamis (24/2/2022), Putin telah memerintahkan pasukan militer Rusia menyerang target di seputar Ukraina dalam operasi demiliterisasi yang menyebabkan rubel terperosok ke level terendah.
Rubel mendekati 90 per dolar AS dalam perdagangan antar bank setelah Bursa Moskow menangguhkan transaksi di semua pasar.
Saham terbesar di negara itu, seperti Sberbank PJSC, Gazprom PJSC dan Lukoil PJSC semuanya turun lebih dari 10 persen pada awal sesi sebelum penghentian.
Gubernur Bank of Russia Elvira Nabiullina telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 525 basis poin sejak Maret 2021 untuk mengendalikan inflasi.