Bisnis.com, JAKARTA – Para pedagang daging sapi di Jakarta mengaku sudah tidak sanggup berjualan karena harga pokok penjualan (HPP) yang tinggi membuat mereka harus menanggung kerugian selama tiga bulan terakhir.
Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) DKI Jakarta mengatakan harga daging sapi merangkak naik sejak tiga bulan lalu dan saat ini berada di nilai Rp127.400, sedangkan pedagang menjual dengan harga rata-rata Rp120.000. Pedagang terpaksa mengambil rugi karena kehilangan daya beli jika menggunakan harga eceran tertinggi (HET) Rp130.000.
“Kita gak kuat berdagang lagi dan menanggung kerugian Rp10.000, itu kali 100 kilogram, udah satu juta, setiap hari kali 90 hari kerja. Kita udah menanggung kerugian segitu," ujar Sekretaris APDI DKI Jakarta Mufti Bangkit Sanjaya, Kamis (24/2/2022).
Sebelum melakukan mogok dagang yang rencananya dilakukan pekan depan, sudah banyak pedagang daging yang gulung tikar akibat tidak sanggup menghadapi kenaikan harga ini. Menurut Mufti, saat ini di Pasar Senen Jakarta Pusat, hanya 25 persen kios yang buka dari 48 kios.
“Bukan karena pandemi, tapi memang tidak ada daya beli. Kita gak berani naikkin harga tinggi untuk menjaga langganan. Kita gak demo juga sudah banyak yang gak dagang,” lanjut Mufti.
Dia menyarankan pemerintah untuk mengambil langkah konkret, yaitu subsidi setidaknya hingga hari raya Idulfitri. Hal ini, menurutnya agar para pedagang tetap ada di pasar dan mencegah inflasi menjelang Ramadan.
Mufti berpesan kepada pemerintah untuk tidak selalu pro ke importir dan distribusi besar, melainkan pro ke pedagang kecil di pasar yang juga menjaga ketahanan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga daging sapi naik Rp50 menjadi Rp125.450 per kg pada Kamis (24/2/2022) dibandingkan sehari sebelumnya. Khusus untuk daging kualitas 1, harganya mencapai Rp129.250 per kg sedangkan daging sapi kualitas 2 Rp1109.700 per kg.