Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian ESDM melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sedang berupaya meningkatkan produksi migas nasional guna mencapai target lifting migas nasional 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mendesak agar implementasi teknologi EOR segera dilaksanakan.
"Sekarang ini EOR sudah harus dimulai, karena [EOR] butuh waktu yang cukup panjang," kata Tutuka dalam siaran pers, Selasa (22/02/2022).
EOR adalah metode perolehan minyak tahap lanjut dengan cara menambahkan energi berupa dari material atau fluida khusus yang tidak terdapat dalam reservoir minyak. Biasanya, EOR diterapkan pada lapangan yang telah cukup lama diproduksikan (mature field) dengan tujuan mengambil minyak tersisa
Beberapa teknik EOR yang banyak digunakan hingga saat ini adalah injeksi uap panas (steam flooding), injeksi kimia (chemical flooding), dan injeksi gas (gas flooding).
EOR yang dapat meningkatkan jumlah minyak diekstrak dari ladang minyak mencapai 30-60 persen, dibandingkan 20-40 persen dengan menggunakan primary dan secondary recovery. Penggunaan EOR merupakan usaha mempertahankan tekanan reservoir yang turun secara alamiah
Metode ini akan digunakan dalam pada eksplorasi 13 wilayah kerja migas yang berakhir kontraknya tahun ini. Saat ini, ada beberapa negara yang tertarik untuk berinvestasi pada teknologi EOR di Indonesia, di antaranya Rusia dan Amerika Serikat.
Tutuka menambahkan, proses pelaksanaan EOR ini telah dilakukan sedikit demi sedikit, antara lain dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan migas nasional maupun KKKS lainnya.
"Target kita cukup signifikan, [pemanfaatan] dua teknologi tersebut untuk mencapai produksi migas pada 2030. Kita sangat serius," tegasnya.
Sementara itu, Ahli Ekonomi Energi dan Perminyakan Universitas Trisakti serta pendiri Reforminer, Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan untuk mencapai target lifting sebesar itu, EOR perlu diimplementasikan dalam skala besar.
“EOR harus diterapkan pada lapangan migas skala besar. Saat ini EOR, baru dilakukan pada skala kecil. Dalam skala kecil EOR hanya mampu menahan laju penurunan produksi migas di lapangan existing saja, agar tidak semakin merosot. EOR skala kecil tidak cukup untuk mencapai target 1 juta BOPD tersebut,” jelas Pri Agung, Rabu (23/2/2022).
Selain mendorong implementasi EOR, Pemerintah akan mengaktifkan kembali sumur-sumur migas di lapangan yang idle. Juga, menawarkan bagi hasil yang lebih menarik dalam Penawaran Wilayah Kerja (WK) Migas Tahun 2021, bagi WK yang low risk dan high risk.