Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Ingatkan Cari Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru, Ada Apa?

Ketua OJK Wimboh mengatakan berbagai negara telah gencar mendorong agenda penanganan dampak perubahan iklim dari efek emisi gas rumah kaca.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan laporan saat Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (20/1/2022). /Antara Foto-Hafidz Mubarak A
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan laporan saat Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (20/1/2022). /Antara Foto-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menekankan bahwa sangat penting bagi Indonesia untuk mengimplementasikan langkah-langkah nyata untuk mendukung pengurangan emisi karbon sekaligus tetap mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Berdasarkan data Kementerian Perencaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, potensi kerugian akibat perubahan iklim dapat mencapai Rp115 triliun pada 2024.

“Untuk itu, diperlukan pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mendukung akselerasi pemulihan ekonomi nasional melalui pengembangan ekonomi hijau,” kata Wimboh dalam acara Bisnis Indonesia Green Economy Outlook 2022 secara virtual, Selasa (22/2/2022).

Wimboh mengatakan berbagai negara telah gencar mendorong agenda penanganan dampak perubahan iklim dari efek emisi gas rumah kaca.

Sementara itu, Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 41 persen dengan dukungan internasional dan 29 persen atas upaya sendiri dalam skema Nationally Determined Contribution pada 2030.

Di samping itu, Indonesia juga sudah dalam pertemuan World Leader Summit COP 26 di Glasgow yang meneguhkan komitmen Indonesia mencapai net zero emission.

“Untuk mencapai komitmen tersebut, selain upaya yang dilakukan secara nasional, tentu membutuhkan dukungan dan kontribusi dari internasional, khususnya negara-negara maju,” tuturnya.

Wimboh menilai pandemi Covid-19 yang terjadi selama 2 tahun terakhir telah memicu perlambatan ekonomi yang luar biasa. Tak hanya itu, pandemi juga memberikan dampak signifikan pada perkembangan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik secara global maupun domestik.

Bahkan, pada paruh awal pandemi hingga puncak penyebaran varian Delta hingga Omicron, telah terjadi kontraksi ekonomi global. Hal ini dikarenakan mobilitas masyarakat terhenti cukup lama dan aktivitas perekonomian berkurang, tidak terkecuali Indonesia yang sempat terkontraksi di 2020.

Meski demikian, pada 2021, perekonomian Indonesia telah kembali pulih dan mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,69 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Jika dirinci, sumber pertumbuhan tersebut berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 1,09 persen yoy, pembentukan modal tetap bruto sebesar 1,21 persen, net ekspor sebesar 0,98 persen, dan sumber lainnya sebesar 0,41 persen. Adapun, konsumsi rumah tangga masih mendominasi PDB Indonesia yang tercatat sebesar 52,91 persen.

Wimboh mengatakan capaian pertumbuhan PDB yang positif di 2021 tidak terlepas dari berbagai kebijakan di sektor ekonomi, keuangan, dan kesehatan yang telah dijalankan oleh pemerintah, OJK, dan otoritas lainnya.

“Sinergi ini berhasil mengembalikan confidence masyarakat dan dunia usaha untuk kembali melakukan aktivitas ekonomi sehingga menunjang optimisme dunia usaha untuk kembali berinvestasi,” ujarnya.

Wimboh menyatakan sumbangan ekspor pada pertumbuhan ekonomi, didorong oleh pemulihan ekonomi beberapa negara maju mitra dagang Indonesia, yang berdampak pada peningkatan ekspor Indonesia, khususnya pada komoditas pertambangan, produk manufaktur, dan hasil pertanian.

Di sisi lain, perekonomian Indonesia sangat bergantung pada konsumsi domestik dan sektor ekstraktif. Di mana, aktifitas tersebut apabila dilakukan secara masif dapat menimbulkan eksploitasi lingkungan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper