Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bappenas: Penerapan Ekonomi Sirkular Bisa Ciptakan Pertumbuhan Ekonomi hingga 2,5 Persen

Penerapan circular economy akan memberikan kontribusi dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru karena bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi 2,3 hingga 2,5 persen dari PDB.
Industri tekstil di Tanah Air/ Bisnis
Industri tekstil di Tanah Air/ Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan ekonomi sirkular diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah yang besar.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa penerapan ekonomi sirkular akan menciptakan pertumbuhan ekonomi hingga 2,5 persen dari PDB.

“Penerapan circular economy akan memberikan kontribusi dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru karena bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi 2,3 hingga 2,5 persen dari PDB,” katanya dalam Webinar Bisnis Indonesia Green Economy Outlook 2022, Selasa (22/2/2022).

Amalia menjelaskan, penerapan ekonomi sirkular pun akan menciptakan lapangan kerja baru, hingga 4,4 juta lapangan kerja.

“Tentunya sebagian besar pekerjaan ini akan sangat terbuka bagi perempuan,” tuturnya.

Penerapan ekonomi sirkular tersebut merupakan salah satu sektor strategis yang akan didorong pemerintah untuk pengembangan Indonesia hijau.

Ekonomi sirkular akan diterapkan utamanya pada lima sektor industri prioritas, di antaranya makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, elektronik, dan ritel yang menggunakan kemasan plastik.

Adapun, berdasarkan kajian Bappenas, penerapan ekonomi sirkular dapat mengurangi limbah pada lima sektor prioritas tersebut sebesar 18 hingga 52 persen dibandingkan hanya dengan skenario business as usual pada 2030.

Ekonomi sirkular pun diperkirakan dapat mengurangi limbah yang dihasilkan pada industri tekstil hingga 3,2 juta ton pada 2030 (-18 persen) dari limbah yang dihasilkan sebesar 3,9 juta ton.

Selain itu, limbah konstruksi juga dapat dikurangi hingga 42,5 juta ton (-20 persen) dari 52,8 juta ton; limbah kemasan plastik ritel bisa dikurangi hingga 4,8 juta ton (-36 persen) dari 7,5 juta ton; dan limbah elektronik bisa dikurangi hingga 1,9 juta ton (-24 persen) dari 2,5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper