Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto menilai, target pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022, yaitu 5,2 persen tidak mudah untuk dicapai, karena dari kecepatan pemulihan Indonesia tertinggal dari negara-negara lain.
Jika dibandingkan dengan negara-negara G20, Indonesia adalah satu-satunya negara dengan perbandingan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2019 dan 2021 yang masih negatif. Sedangkan, negara-negara G20 lainnya positif dan sudah lebih tinggi.
Menurut Eko, mungkin ada low base effect, dimana ketika Indonesia dihajar pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, Indonesia termasuk negara yang tidak terlalu parah.
"Pertumbuhan ekonomi kita hanya turun -2,07 sementara ada negara lain sampai -8 persen walaupun ada beberapa negara yang positif. Tapi poinnya adalah ketika kita bicara tentang kecepatan, saya bisa katakan sebetulnya Indonesia tidak terlalu cepat [bila dibandingkan] dengan negara-negara G20," ungkap Eko dalam dalam Diskusi Publik Kinerja Pertumbuhan Ekonomi di Masa Pandemi, Senin (21/2/2022).
Salah satu tantangan yang membuat Indonesia bahkan negara lain di dunia lambat dalam hal pemulihan ekonomi adalah varian Omicron.
Eko mengatakan, Indonesia perlu kerja keras untuk mencapai 5,2 persen tahun ini, karena adanya perkiraan puncak Omicron akan terjadi di bulan Maret.
Baca Juga
Di lain sisi, IMF menyebutkan bahwa ekonomi global dalam fase pemulihan, namun diperkirakan tumbuh melambat. Untuk Indonesia, trennya masih diantara 5,5-6 persen, lebih tinggi dari situasi tahun lalu, bahkan mungkin jauh lebih tinggi dari proyeksi dari makro pemerintah.
Kendati demikian, Eko memperingatkan untuk tetap waspada.
"Catatannya adalah ketika yang lainnya melambat, terus kita diproyeksikan naik, itu sebaiknya kita perlu berhati-hati, tidak terlalu euforia juga," katanya memperingatkan.