Bisnis.com, JAKARTA – Anteraja tetap menargetkan pertumbuhan volume pengiriman paket pada 2022 mencapai lebih dari 1,5 juta parsel per hari di tengah persaingan bisnis logistik yang makin ketat.
VP Sales & Marketing Anteraja Andri Hidayat mengatakan pada akhir 2021, Anteraja telah mencatatkan pengiriman 1 juta parsel per hari. Berkaca dari realisasi tahun lalu tersebut, dia optimistis volume pengiriman menggunakan Anteraja bisa tumbuh lebih tinggi mencapai lebih dari 1,5 juta paket per hari
“Kami menargetkan pada 2022, volume pengiriman Anteraja dapat mencapai lebih dari 1,5 juta parcel/day,” ujarnya.
Mengawali tahun ini, Andri menyebutkan bahwa tantangan bisnis logistik adalah terkait dengan penyebaran varian baru Covid-19 Omicron yang mulai melebar di Indonesia. Meskipun saat ini dia melihat Anteraja masih belum terdampak akibat virus varian baru tersebut, tetapi perusahaan terus siaga mengantisipasi apabila dampak Omicron.
Pada 2021, terangnya, terhitung volume pengiriman Anteraja mengalami peningkatan lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan volume pengiriman pada 2020. Pada akhir tahun lalu, volume pengiriman Anteraja sudah mencapai 1 juta parsel per hari. Saat ini tercatat Anteraja sudah memiliki lebih dari 700 layanan poin di 34 provinsi di Indonesia.
“Ke depan, kami akan terus fokus kepada pengembangan jaringan dan juga pengembangan kapasitas untuk menangkap peluang pasar dari Social Commerce dan ritel dengan menyiapkan program yang sesuai untuk para pelaku UMKM digital dan juga pengguna aplikasi Anteraja,” imbuhnya.
Baca Juga
Supply Chain Indonesia (SCI) mencatat persaingan di bisnis logistik mengarah kepada pasar oligopoli dengan sebanyak 7 perusahaan menguasai sebesar 80 persen pasar.
Senior Consultant SCI Zaroni menjelaskan kondisi tersebut yang menyebabkan beberapa perusahaan jasa kurir mengalami kesulitan berkembang, terutama bagi pemain baru.
Apalagi, tekannya, bagi pemain baru yang tidak memiliki kompetensi bisnis jasa kurir yang memadai, jaringan operasi dan layanan yang kurang mendukung kebutuhan pasar, dan beberapa menghadapi keterbatasan permodalan untuk investasi pengembangan infrastruktur, teknologi, dan inovasi bisnis.
Zaroni menyebut pemain jasa kurir yang menguasai pasar 80 persen, tidak lebih dari 7 perusahaan. Mereka antara lain, Pos Indonesia, JNE, J&T Express, TIKI, Si Cepat, Anteraja, dan Wahana.
“Menariknya, meskipun banyak pemain baru, secara struktur pasar, sektor usaha jasa kurir didominasi beberapa pemain, sehingga mengarah pada struktur pasar oligopoli. Pemain lain, yang saat ini lebih dari 60 perusahaan, memperebutkan pasar yang 20 persen,” jelasnya, Minggu (20/2/2022).
Zaroni menjelaskan realitasnya, dari sisi ukuran dan pertumbuhan pasar, usaha pengiriman jasa kurir mengalami peningkatan. Ini didorong peningkatan transaksi e-commerce dalam 3 tahun terakhir ini. Pertumbuhan transaksi dan volume perdagangan melalui e-commerce memerlukan jasa logistik, terutama jasa kurir.
Transaksi e-commerce telah mencakup hampir semua perdagangan barang konsumen (consumer goods), seperti pakaian, peralatan rumah tangga, buku, aksesori, boneka dan mainan, kosmetik dan produk-produk kesehatan, dan lain-lain.
Selain itu, selama masa pandemi Covid-19, yang diikuti kebijakan pembatasan mobilitas orang, mendorong kebutuhan layanan pesan-antar untuk berbagai barang-barang konsumen sehari-hari.
Kondisi-kondisi tersebut yang memicu adanya peningkatan ukuran dan pertumbuhan pasar jasa kurir ini mendorong pemain usaha jasa kurir baru untuk memasuki bisnis ini. Baik perusahaan jasa kurir domestik maupun regional atau internasional. Akibatnya, jumlah pemain jasa kurir pun semakin banyak.
Selain itu, mendirikan dan menyelenggarakan usaha jasa kurir, baik dari sisi perizinan, permodalan, dan persyaratan kompetensi usaha, sangatlah mudah. Hal inilah yang menyebabkan tingkat persaingan usaha di sektor jasa kurir semakin tinggi.